Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SUATU hari, pada 1963, terjadi "perang" hebat di rumah pelukis Popo Iskandar. Sederhana saja soalnya. Popo membiarkan kucing tetangga memenuhi rumahnya, sehingga populasinya mencapai puluhan ekor. Sebaliknya, sang istri, Djuariah, jengkel setengah mati. Betapa tidak, selain menimbulkan suara gaduh karena berebut makanan, hewan bermata nyalang itu meninggalkan kotoran seenaknya hampir di setiap pojok rumah. Puncaknya, Djuariah pun mengusir gerombolan kucing itu. Tapi, esoknya, kucing-kucing itu datang kembali. Rupanya, ada yang jatuh hati pada mereka. "Tidak mungkin saya mengusir kucing dari rumah, karena kucing sumber inspirasi saya," ujar Popo Iskandar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo