Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kini, Slamet Rahardjo Djarot mengaku sudah berkawan dengan orang-orang yang dulu dituntutnya. "Zaman sudah berubah, kini kita berharap sudah bisa mulai saling percaya," tuturnya di sebuah diskusi film di kantor TEMPO bersama kru film Telegram. Slamet mengaku butuh keberanian untuk menuntaskan film yang dibuat berdasarkan novel Putu Wijaya itu. Bukan hanya biaya pembuatannya yang mahal, proses pencarian dananya yang berliku, dan pembuatannya yang lama, tapi juga pertaruhannya yang besar. Film Telegram harus bisa jadi bukti bahwa film Indonesia layak meramaikan pertarungan film bermutu internasional. "Apalagi, film-film Asia memang sedang marak, membuat Festival Cannes semakin berarti," kata Slamet.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo