Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suatu hari di tahun 1920, Rabindranath Tagore singgah di Belanda. Seorang pangeran dari Jawa, cucu Paku Alam V bernama Noto Soeroto yang tinggal di Den Haag, menemui Tagore, sang peraih Nobel Sastra pada tahun 1913 itu. Noto adalah pengagum Tagore. Maka, perbincangannya pun dengan Tagore dibukukan, Tagore Opvoedingen (1921). Setahun kemudian ia menerbitkan Tagore: Toespraken in Shantiniketan, berisi pemikiran-pemikiran Tagore di Shantiniketan. Sang pangeran juga menulis Melati Knoppen (Kuncup Melati), prosa-prosa lirik bergaya Tagorik.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo