Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Makassar - Pemilihan diksi dan syair erotis dalam setiap karyanya diakui penyair Aslan Abidin tidak lepas dari latar wilayah dan budayanya sebagai orang Bugis-Makassar. “Tradisi masyarakat kita di Sulawesi Selatan sangat erotis,” kata Aslan dalam dialog sastra yang membedah bukunya, Bahaya Laten Malam Pengantin, 15 Oktober 2015.
Pria kelahiran Soppeng ini mencontohkan syair-syair dalam nyanyian nelayan saat memanggil ikan atau angin. “Kalau kita dengar, syair itu menyebut kelamin dan kata-katanya begitu vulgar,” ucapnya.
Selain terpengaruh tradisi kultural, Aslan mengaku terinspirasi dan dipengaruhi penyataan Sigmund Freud bahwa “Manusia tertarik dengan erotis”. Pernyataan itu mempengaruhi karya Aslan, yang kemudian memilih menyampaikan sajak-sajak yang ironi.
“Melalui sajak, saya ingin membuat orang merasa lucu atas sesuatu yang erotis tadi sekaligus menangis secara bersamaan,” ucap Aslan. “Dan itu susah sekali.”
Mengenai buku antologi puisi berjudul Bahaya Laten Malam Pengantin, Aslan mengaku awalnya ingin memberi judul Kelamin dari Timur. Tapi judul itu ditolak penerbitnya dengan alasan rawan menuai protes. Judul Bahaya Laten Malam Pengantin kemudian diambil dari dua judul puisinya yang digabung menjadi satu.
MUHCLIS ABDUH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini