TEMPO.CO, Jakarta - Tak ada yang lebih menarik dibanding mengenal sosok mendiang Widjajono Partowidagdo. Bukan lantaran gaya ceplas-ceplos Wakil Menteri ESDM ini, tapi kesederhanaan dan gayanya yang easy going.
Penampilan nyentriknya sudah dikenali wartawan ketika pertamakali dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cikeas, Bogor, untuk dipinang mengisi posisi Wakil Menteri ESDM. Tak banyak orang tahu, siapa sesungguhnya anggota Dewan Energi Nasional itu.
Saat itu, Widjajono datang terburu-buru ke Cikeas dengan penampilan berantakan. Dia berkemeja batik dan rambut gondrongnya belum tersisir rapi. Namun, wajah calon wakil menteri itu seperti baru dari ruang ujian. Semringah.
Ia terlihat bahagia sewaktu diserbu wartawan. Saat itu, semua wartawan melihat, tas calon wakil menteri itu itu berayun-ayun. Kumal dan ujungnya sudah bolong. Wartawan sempat bertanya, "Tasnya bolong, Pak" Widjajono dengan nyengir dan jujur menjawab, " Iya.. tapi ini tas keramat," katanya sambil terbahak.
Soal rambut gondrong memang jadi urusan tersendiri. Kepada Tempo November 2011 lalu, Widjajono mengaku pernah ditegur Kepala Unit Kerja Presiden Kuntoro Mangkusubroto saat dilantik sebagai Wakil Menteri ESDM, 19 Oktober lalu. “Dik, mbok rambutnya dipotong,” kata Kuntoro. Tapi Widjajono mengaku lagi sreg dengan rambutnya. Ia pun menjawab enteng, “Be your self saja.”(Baca:Widjajono, Wamen Berambut Gondrong dan Jeans Belel) dan (Kenapa Wamen Widjajono Suka Rambut Gondrong?)
Bagaimana dengan ruang kerja Widjajono? Kita tidak akan menemukan foto-foto seremonial yang biasanya ada di ruang kerja pejabat tinggi negara. Selain foto presiden dan wakilnya yang memang sudah wajib dipatri, dinding kantornya dipenuhi oleh foto-foto pendakian gunung, baik di dalam maupun luar negeri. Tanpa sungkan, ia akan menjelaskan sejarah dari tiap foto tersebut."Saya hobi dari muda. Sekali-kali kalau saya panjat gunung ayo ikut," begitu ajaknya pada para wartawan.
Dalam foto-foto itu, Widjajono berpose dengan senyum sangat lebar. Ia mengaku hobi difoto dan memotret.
Satu contoh misalnya, saat usai jadi pembicara dalam seminar-seminar tentang energi, seperti biasa para pewarta akan mengejarnya untuk bertanya isu-isu terkini. Saat diwawancara , biasanya wartawan yang memotret narasumber. Namun, Widjajono beda. Justru ia yang memotret wartawan.
Kamera poketnya selalu dibawa. Widjajono menyimpannya di saku atau menyerahkan kamera itu pada staf kepercayaannya. "Mas, tolong diambilkan gambarnya. Ini saya sedang diwawancara," kata dia.
Kebiasaan minta difoto itu sudah lama berlangsung. Bahkan, berlanjut sampai ia jadi wakil menteri. Kamera digital warna merah muda alias pinky itu tak pernah lepas dari kantongnya. Difoto oleh Wamen saat sedang wawancara jadi hal biasa bagi wartawan. Kadang, wartawan malah ikut bergaya ala anak muda. Toh, Widjajono tidak keberatan dan malah senang.
Celakanya, kebiasaan ini juga terbawa ke ruang rapat DPR. Saat pemerintah dipanggil oleh Komisi VII DPR RI untuk membahas rencana kebijakan bahan bakar minyak bersubsidi, Widjajono dengan cueknya memotret-motret para anggota Dewan. Padahal, saat itu adalah sesi anggota Dewan bertanya pada pemerintah. Widjajono pun kena tegur oleh Ismayatun, salah seorang anggota Dewan yang kemudian memintanya untuk menghentikan kebiasaan itu di ruang rapat.
Nasib, Widjajono akhirnya tidak pernah lagi memotret di dalam ruang rapat DPR. Namun, kamera selalu ada di sakunya dan siap mengambil gambar di luar ruang rapat.
Kini Widjajono memilih jalannya pulang. Ia kembali ke Sang Khalik saat mendaki Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, 1 April 2012. Tak akan ada lagi wamen yang akan memotret kami, para wartawan, ketika bekerja, Selamat Jalan, Pak Wid. Doa kami menyertaimu.
WDA | ISTIQOMATUL HAYATI | GUSTIDHA BUDIARTIE
Berita terkait
Wamen Widjajono: Tuhan, Segala Kehendak-Mu Terjadi...
Wamen Widjajono Meninggal Akibat Sesak Napas
Keluarga : Widjajono Tak Punya Sakit Jantung
Tiga Pesan Widjajono Pada Jero Wacik
Kakap Palumara dan Takbir Terakhir Wamen Widjajono
Forum Pencinta Alam Menggelar Doa untuk Widjajono
Wamen Widjajono Sempat Bermalam di Gunung Tambora