TEMPO.CO , Singapura: Sebagai negeri wisata belanja yang dekat dengan Nusantara, Singapura, sering dikunjungi banyak warga Indonesia. Di sana, turis bakal menemukan pusat belanja dari harga murah hingga sangat mahal. Misalnya Park Mall, Cathay, Marina Bay Sands, Bugis Street China Town, atau Clarke Quay.
Ketika berkunjung ke Negeri Singa, , Jumat, 20 September 2012, pemandu wisata, Jean, mengajak Tempo ke sejumlah tempat yang bisa membuat orang langsung miskin. Pelesiran pertama adalah Marina Bay, lokasi patung Merlion berdiri. Sebetulnya Marina Bay bukan lokasi asli Merlion. Patung ini dulu berdiri di Anderson Bridge, sejarak 120 meter dari Marina Bay.
Baca Juga:
Di Marina Bay, Jean membeli tiket kapal untuk menyusuri sungai. Bamboo boat namanya. "Harga tiketnya 14 dolar Singapura untuk 15 menit berlayar," kata Jean. Nilai satu dolar Singapura setara dengan Rp 7.800. Dengan hitungan itu, 14 dolar Singapura setara Rp 109 ribu.
Merapat pada satu dermaga kecil di Clarke Quay, Tempo dan Jean melanjutkan perjalanan ke Bugis Street. Di sana, Jean memesan becak untuk mengelilingi China Town selama 20 menit. Untuk satu orang, tukang becak menarik bayaran 39 dolar Singapura. Dan tiap becak harus diisi dua penumpang. Bila dikonversi ke mata uang rupiah, satu kali tarikan tukang becak Singapura mendapat bayaran sekitar Rp 607 ribu.
Meski bernama becak seperti di Indonesia, kendaraan roda tiga itu berbeda bentuk. Penggowes becak tak berada di belakang, tapi pada di sisi kanan penumpang. Dan roda dua tidak di badan bangku penumpang seperti becak Indonesia. Melainkan pada sepeda tukang becak. Selain itu, becak Singapura hanya berfungsi untuk mengangkut turis. Karenanya mereka mematok ongkos tinggi.
Selesai memutari China Town, kami pergi makan siang ke restoran Ku De Ta. Berada pada lantai 57, Ku De Ta merupakan rumah makan bintang lima di ujung bangunan berbentuk kapal pada puncak Marina Bay Sands. Dengan berdiri di teras restoran yang menyerupai dek, Tempo melihat seluruh pusat kota Singapura dari ketinggian sekitar 200 meter. Dan untuk bersantap di Ku De Ta, pengunjung harus mengenakan pakaian resmi. Tanpa sendal jepit, celana pendek, atau tank top.
Siang itu, Jean memesankan sesendok makan sashimi tuna dipotong dadu, ikan salmon bakar dengan nasi putih, semangkuk jamur shitake untuk dua orang, satu sendok es soya dengan cake kecil, anggur putih, air mineral, dan teh. Untuk menu makan siang, tiap tamu dewasa ditarik bayaran sekitar 88 dolar Singapura atau Rp 685 ribu. Sedangkan bagi minuman, teh; air putih; anggur; kopi; dan jus, seharga 198 dollar Singapura, setara Rp 1,5 juta.
"Harga minumannya mahal, tapi itu free flow. Tiap cairan di gelas habis, pelayan akan kembali mengisinya," ujar Jean.
Puas berfoto di dek kapal Marina Bay Sands, kami geser ke Hotel Raffles. Sesungguhnya penginapan itu bukan dibangun Stamford Raffles. Tapi usianya memang telah lebih 100 tahun. Gedung Hotel Raffles tak seperti penginapan bintang lima lainnya yang memiliki puluhan lantai. Raffles cuma ada tiga tingkat dengan 103 kamar, 12 kamar personal, lima ruang jenis grand, dan dua bilik presidensial.
Untuk menginap satu malam di kamar standar, pengelola Raffles menetapkan tarif 1.000 dolar Singapura atau Rp 7,8 juta. Dan guna menampilkan kesan pondokan tropis, Raffles memiliki taman di tengah bangunan dengan deretan pohon palem serta kelapa.
Selain Prince William dan Kate Middleton, pesohor yang pernah menginap di sana adalah Elton John, Michael Jackson, dan banyak lagi. Saking eksklusifnya, Hotel Raffles tertutup untuk umum. Bahkan lobi hotel hanya boleh dimasuki tamu saja. Bagi turis biasa, satpam dari India yang berseragam layaknya penjaga Taj Mahal, berbaju panjang dengan sorban, akan mengusirnya.
Jean tak mengajak Tempo ke Raffles untuk menginap. Ia memperkenalkan Tempo dengan bartender Long Bar yang mengajarkan cara meramu Singapore Sling. Minuman beralkohol khas Singapura. Untuk itu, Tempo mencampurkan Gin, Herring Cherry Liqueur, jus nanas, jus lemon, Cointreau, Dom benadictine, Grenadine, Angostura Bitters, dan es batu. Setelah semuanya tercampur, mulailah dikocok dengan shaker hingga berbusa.
Minuman sudah jadi. Dan waktu diseruput, nyam...rasanya manis. Aroma alkohol yang biasanya pahit tak terkecap. Malah hasilnya seperti cocktail. Tidak membuat kepala langsung berat layaknya minuman keras yang lain. Kursus singkat itu tak memakan waktu lebih dari 15 menit. Dan untuk itu, plus semangkuk kacang kulit sebagai teman Singapore Sling, tiap orang harus membayar sekitar 200 dolar Singapura per orang, atau Rp 1,6 juta.
Begitulah cara menghabiskan duit di Singapura. Dalam waktu empat jam, tabungan Anda bakal terkuras hingga 540 dolar Singapura, setara dengan Rp 4,2 juta. "Nanti malam kita makan di The China Club, lantai 53 Capital Tower. Satu orangnya bayar 1.000 dolar Singapura (Rp 7,8 juta)," ujar Jean.
CORNILA DESYANA
Berita lain:
Cara Berburu Warga Mentawai
ASEAN Perangi Wisata Seksual
Menyibak Ihwal Pasir di Dusun Lebbak
Nasi 1001, Kuliner Instan Khas Garut
Romansa Pengumpul Barang Bersejarah