TEMPO.CO, Karachi - Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf tiba di Karachi, Ahad, 24 Maret 2013, setelah mengakhiri masa pengasingannya selama empat tahun, kendati di bawah ancaman pembunuhan. Ia datang untuk mempersiapkan diri mengikuti pemilu Mei 2013.
Musharraf mendarat di Bandara Intenasional Jinnah, Karachi, sesuai jadwal, Ahad, 24 Maret 2013, dengan penerbangan komersial dari Dubai. Ia mendapatkan pengawalan ketat dari angkatan bersenjata karena sebelumnya ada ancaman pembunuhan.
Koresponden Al Jazeera, Imran Khan, melaporkan dari Karachi. Ia mengatakan, Musharraf yang juga bekas Kepala Staf dan Komando Pasukan Khusus, memang bukan tipe pria yang mudah ditakut-takuti atau digertak.
"Mereka mencoba mengirimkan saya ke neraka sejak (tragedi) 11 September, sebuah peristiwa 12 tahun silam," kata Musharraf di dalam kabin pesawat sebelum meninggalkan Dubai. Dalam ocehannya di Twitter, pria berusia 69 tahun itu menulis, "Saya berada di kursi pesawat untuk sebuah perjalanan pulang, Pakistan!"
Khan menambahkan, ketika tiba di bandara, bekas jenderal militer ini disambut sekitar 300 orang. Dia menambahkan, Musharraf semestinya mendapatkan sambutan lebih dari jumlah tersebut. Beberapa pendukung sang Jenderal tampak mengenakan ban warna putih di lengannya seraya menyatakan siap mati demi junjungannya.
"Tetapi panggung politik Pakistan adalah hasil dari sebuah kesepakatan," kata Khan.
Ketika menjadi panglima angkatan bersenjata, Musharraf menguasai pemerintahan dengan jalan kudeta pada 1999. Dia terpilih kembali menjadi presiden pada pemilu 2002 kendati telah berganti seragam (dari militer ke sipil).
Pada 2008, Musharraf meninggalkan Pakistan setelah dipaksa turun jabatan ketika ada tekanan kuat dari masyarakat dan upaya pemakzulan. Selanjutnya, Musharraf menuju London dan menetap di Dubai. Selama masa pengasingannya dua tahun silam, dia bersumpah akan kembali ke Pakistan untuk memasuki panggung politik.
AL JAZEERAH | BBC | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Penyerbuan LP Cebongan Bermula dari Saling Pandang
Operasi Buntut Kuda Penjara Cebongan Sleman
Lihat Teman Satu Sel Didor, Napi Cebongan Trauma
Ini Kronologi Penyerbuan Cebongan Versi Kontras
Tak Ada Kudeta, Hanya Pembagian Sembako