Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Negara Maju Dominasi Isu Perubahan Iklim  

image-gnews
Sejumlah aktivis lingkungan melakukan aksi teatrikal saat berlangsungnya Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen, Senin (07/12). Mereka menuntut keputusan yang tepat untuk mengatasi pemanasan global di bumi ini. AP Photo/Anja Niedringhaus
Sejumlah aktivis lingkungan melakukan aksi teatrikal saat berlangsungnya Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen, Senin (07/12). Mereka menuntut keputusan yang tepat untuk mengatasi pemanasan global di bumi ini. AP Photo/Anja Niedringhaus
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah lingkungan saat ini menjadi sorotan global. Efek perubahan iklim makin terasa dengan banyaknya anomali cuaca dan bencana alam. Namun penanganan masalah lingkungan terhambat oleh perbedaan persepsi dari negara maju dan negara berkembang.

Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, dinilai terlalu mendominasi isu penanganan perubahan iklim dan menekan negara berkembang.

Penurunan emisi gas rumah kaca adalah kunci penting dalam menangani perubahan iklim. Negara-negara maju terus meminta negara berkembang untuk tidak mengeksploitasi sumber daya alam yang berpotensi memperbesar emisi gas rumah kaca. Namun, di sisi lain, negara-negara maju itu tampak enggan memperbaiki laju industrinya yang justru menjadi penyumbang emisi terbesar. 

Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim Rachmat Witoelar, dalam seminar nasional tentang strategi Indonesia dalam mengatasi dampak sosial perubahan iklim yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan penanganan isu perubahan iklim memang sangat dipengaruhi kebijakan politis. (Baca juga: Perubahan Iklim, Ini Cara Terbaik Memantaunya)

"Kita diminta tidak eksploitasi sumber daya alam. Kalau begitu caranya, harusnya mereka juga tutup industrinya karena dari sanalah emisi berasal," kata Rachmat, Kamis, 12 Desember 2013.

Namun Rachmat mengatakan ada juga negara-negara maju yang menaruh perhatian besar terhadap perbaikan lingkungan. "Jangan samakan semuanya. Negara-negara di Eropa itu rata-rata cinta lingkungan, jadi oke-oke saja bagi kita," ujarnya. "Denmark bahkan buat proyeksi emisi 2050 jadi nol, itu luar biasa."

Yang masih menjadi ganjalan adalah negara maju yang sulit bekerja sama dalam penanganan perubahan iklim. Mereka antara lain Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. "Mereka mau maju, tapi berat buat bantu usaha perbaikan," kata Rachmat.

Jan Sopaheluwakan, anggota dewan penasihat International Center for Interdisciplinary and Advanced Research (ICIAR) LIPI, mengatakan negara-negara maju memang terlihat mendominasi. "Negara kaya yang mengkonsumsi, negara miskin dan berkembang yang menanggung ongkosnya," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Jan, dalam penanganan perubahan iklim digunakan cara mitigasi dan adaptasi. Mitigasi merupakan kebijakan pemerintah, dan adaptasi adalah upaya langsung masyarakat untuk menghadapi perubahan iklim. "Banyak yang tidak peduli dengan adaptasi karena ini berhubungan dengan jual-beli dan transfer teknologi," kata Jan.

Mitigasi berupa penurunan emisi gas rumah kaca lebih sering dibicarakan dalam forum internasional. "Awalnya bicara soal emisi, lalu geser ke perdagangan karbon. Ini jadi missleading, yang nikmati justru mereka lagi dari negara maju," kata Jan.

Ia berharap Indonesia tidak terjebak dengan skema green economy atau bantuan untuk memperbaiki iklim. "Boleh saja terima, ambil ilmu dan jaringannya, tapi jangan terjebak," kata Jan. "Ini tergantung kecerdasan pemerintah saja," katanya.

Menurut Rachmat, Indonesia berkomitmen menekan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada 2020. Dengan menurunkan emisi gas rumah kaca, Indonesia berperan aktif dalam menangani perubahan iklim dan memperkecil risiko kerugian akibat bencana.

"Sekitar 90 persen bencana dunia sejak awal abad 19 terkait perubahan iklim. Kalau tidak ikut memperbaiki, Indonesia bisa rugi besar hingga 2,5 persen dari pendapatan global pada 2100," katanya.

GABRIEL TITIYOGA

Berita Terkait
Negara Berkembang Desak Negara Maju Kurangi Emisi
Anak-anak Dunia Tuntut Perekonomian yang Ramah Lingkungan
Konferensi Tunza Lahirkan Deklarasi Bandung
Korea Selatan Minta Dukungan Menjadi Ketua UNFC
Konferensi Pemuda Sedunia untuk Perubahan Iklim Dibuka Besok

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

13 jam lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

13 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

14 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

14 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

19 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

25 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.