TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mendorong peretail konvensional untuk berani memanfaatkan teknologi Internet dan bersaing dengan peretail online. Jika hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan eksistensi peretail konvensional akan tergerus.
"Perkembangan zaman sudah tidak bisa ditolak lagi. Kalau peretail konvensional mau hidup jangka panjang, ya, harus mengikuti kemauan konsumen," kata Tutum kepada Tempo, kemarin.
Berdasarkan data Aprindo, pertumbuhan rata-rata retail modern mencapai 17 persen per tahun, sementara retail konvensional hanya tumbuh 10 persen per tahun. Bahkan, retail modern juga berkontribusi 38 persen terhadap total penjualan retail nasional.
Menurut Tutum, saat ini konsumen semakin ingin mendapatkan kemudahan dalam berbelanja. "Masyarakat sudah begitu sibuk. Waktu semakin singkat karena jalanan macet. Hal inilah yang membuat retail online tumbuh pesat,” katanya. (Baca:Dahsyat! Omzet Belanja Online Rp 150 Triliun)
Secara terpisah, Chief Executive Officer DailySocial (situs e-commerce teknologi), Rama Mamuaya, optimistis jika transaksi belanja online tahun ini tidak akan terpengaruh oleh perlambatan ekonomi nasional. DailySocial mencatat, sejak rupiah loyo, transaksi online tidak anjlok, bahkan mampu tumbuh dua digit. “Apalagi ada banyak diskon di momen Hari Belanja Online Nasional seperti ini (kemarin), “ ujarnya. (Baca: UKM Online Tumbuh Dua Kali Lipat)
Baca Juga:
Menariknya, maraknya belanja online tidak hanya terjadi di kota besar, tapi sampai ke kota-kota kecil di luar Jawa. Rama menduga, konsumen dari luar Jawa mampu dari segi materi tapi sulit memilih tempat belanja. “Konsumen di Kalimantan, Sulawesi, bahkan Irian Jaya sebenarnya mempunyai banyak uang, tapi mereka tidak tahu harus belanja di mana.” Namun, konsumen dari luar Jawa sering mengeluhkan biaya logistik yang tergolong mahal.
AYU PRIMA SANDI | GALVAN YUDISTIRA
Berita Terpopuler
Penerimaan Pajak Tahun Ini Merosot
Harga Produk Baja Bakal Naik 20 Persen
Trans Studio Ekspansi ke Thailand dan India
Permintaan Insentif Kuwait Petroleum Belum Resmi Ditolak