TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Penyelenggara Musyawarah Nasional IX Partai Golkar versi Presidium Penyelamatan, Yorrys Raweyai, mengungkapkan musyawarah nasional di Jakarta memiliki perbedaan mendasar dengan munas di Nusa Dua, Bali. Setidaknya, kata dia, ada tiga prinsip mendasar yang tak tersaji dalam musyawarah nasional versi Aburizal Bakrie, yakni kebersamaan, transparan, dan demokratis.
"Kebahagiaan saya adalah ketika melihat para peserta datang dengan semangat kebersamaan," kata Yorrys saat dihubungi Tempo, Ahad, 7 Desember 2014. Menurut dia, kebersamaan terbukti dengan tak adanya pengelompokkan elite politik pendukung calon ketua umum. Mereka juga tak menerapkan pengamanan berlapis lima seperti munas versi Ical di Bali.
Prinsip transparan dan demokratis, kata Yorrys, bisa dilihat dari jumlah calon ketua umum yang sudah diumumkan di media dan diketahui oleh seluruh peserta. Ia mengklaim 384 DPD tingkat provinsi dan kabupaten akan memilih ketua umum. "Kami bermain fair. Tak ada istilah tim sukses yang main intimidasi, dan tak ada pemecatan," kata dia. (Baca: Ical Pecat Kader Bandel di Munas Golkar Tandingan)
Terdapat tiga calon dalam bursa pemilihan ketua umum Munas Golkar Jakarta. Mereka adalah Agus Gumiwang Kartasasmita, Priyo Budi Santoso, dan Agung Laksono. Ketiganya merupakan bagian dari Presidium Penyelamat Partai Golkar yang menolak penyelenggaraan munas dipercepat hasil rapimnas Yogyakarta. (Baca: Munas Golkar Tandingan Dapat Restu Jusuf Kalla)
Yorrys mengungkapkan tiga calon berkomitmen menjaga keutuhan partai dan mendukung program ketua umum yang terpilih. "Kami berjuang bersama. Siapa pun yang kalah berjanji untuk mendukung yang menang supaya kondisi Golkar tak seperti saat kepengurusan Aburizal," katanya.
PUTRI ADITYOWATI
Berita Terpopuler
Sandy Tumiwa Akan Nikahi Putri Sekda NTB
Munas Golkar Tandingan Dapat Restu Jusuf Kalla
Korban Miras, Aher Sebut Akibat Kebodohan Warganya
'Sikap SBY Jadi Akar Masalah Perpu Pilkada'