Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pola Hidup Berubah, Tulang Manusia Semakin Rapuh

image-gnews
Warga berolahraga menggunakan peralatan fitnes yang baru beberapa hari dipasang di Taman Teuku Umar, Bandung, Jawa Barat, Sabtu 11 Oktober 2014. Pemkot Bandung akan melengkapi beberapa fasilitas di taman yang akan diberi nama Taman Gizi ini seperti, Lapangan sepak bola mini, jogging track, toilet, perpustakaan, lampu taman dan bangku taman. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Warga berolahraga menggunakan peralatan fitnes yang baru beberapa hari dipasang di Taman Teuku Umar, Bandung, Jawa Barat, Sabtu 11 Oktober 2014. Pemkot Bandung akan melengkapi beberapa fasilitas di taman yang akan diberi nama Taman Gizi ini seperti, Lapangan sepak bola mini, jogging track, toilet, perpustakaan, lampu taman dan bangku taman. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pola hidup manusia menjadi lebih baik dan teratur setelah cara berburu dan mengumpulkan makanan di hutan digantikan oleh metode bertani. Namun perkembangan besar itu mempengaruhi fisik manusia. Hasil penelitian yang dimuat jurnal PNAS pada akhir Desember 2014 mengungkapkan bahwa kerangka manusia justru menjadi lebih rapuh setelah sistem pertanian diperkenalkan.

Ilmuwan mengungkap perbedaan struktur tulang dengan membandingkan kerangka manusia yang hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan di sekitar Illinois, Amerika Serikat, dengan masyarakat tani modern. Kekuatan tulang manusia pemburu dan pengumpul makanan yang hidup sekitar 7.000 tahun lalu ternyata setara dengan milik orangutan modern. Sedangkan kerangka para petani di wilayah yang sama sekitar 6.000 tahun kemudian justru menjadi lebih ringan dan ringkih, sehingga rentan retak atau patah.

Peneliti mempelajari tulang femur manusia dan primata dalam data arkeologi dengan sinar-X. Setelah diukur, massa tulang pemburu dan pengumpul makanan 20 persen lebih tinggi ketimbang manusia modern yang hidup dengan cara bertani. Jumlah itu setara dengan massa rata-rata yang hilang jika manusia hidup dalam kondisi tanpa gravitasi di luar angkasa selama tiga bulan.

Colin Shaw, peneliti dari Grup Riset Adaptabilitas, Variasi, dan Evolusi Fenotipe (PAVE) University of Cambridge, mengatakan teknologi dan budaya yang dicapai manusia modern tidak sesuai dengan dengan adaptasi evolusi fisik yang telah dijalani. "Evolusi fisik hominid memakan waktu tujuh juta tahun, namun 50 atau 100 tahun belakangan kita menjadi lebih banyak bekerja dari balik meja," kata Shaw.

Di beberapa bagian tulang manusia pemburu ditemukan struktur yang lebih tebal akibat tekanan aktivitas fisik menyusuri wilayah mencari buruan. Kegiatan itu menghasilkan kerusakan kecil di tulang yang membuatnya kembali tumbuh dan semakin kuat selama hidup. Aktivitas yang membangun kekuatan tulang bisa mencegah kerapuhan tulang akibat penuaan. "Cedera pinggul tak akan terjadi dengan mudah pada usia tua jika orang sudah membangun kekuatan tulangnya sejak awal," kata Shaw. (Baca juga: Kenapa Joging Bikin Kita Awet Muda?)

Reduksi aktivitas fisik, peneliti menyimpulkan, menjadi sumber utama degradasi tulang manusia yang terjadi selama ribuan tahun. Kondisi sekarang dinilai lebih parah karena manusia semakin malas bergerak. Latihan fisik dinilai lebih membantu mengurangi risiko kerusakan tulang, seperti osteoporosis pada usia lanjut, ketimbang melakukan diet. Sering melatih fisik pada masa muda membuat kekuatan tulang mencapai puncak pada usia 30 tahun, sehingga kerusakan akibat usia bisa diperkecil. (Baca juga: Obat Tulang, Tekan Risiko Kanker )

Peneliti belum menemukan jawaban ilmiah ihwal anatomi mengapa manusia modern tidak memiliki tulang sekuat orangutan atau kelompok pemburu-pencari makanan. Manusia sekarang yang kuat dan sangat aktif berolah raga sekalipun tidak memiliki tulang yang sama kuat dengan tulang orangutan atau kelompok pemburu purba. Situasi saat ini tampaknya membuat tulang manusia melemah. "Saat ini kita kebanyakan hanya duduk di dalam mobil atau bekerja dari balik meja," kata Shaw.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Terpopuler:
Xiaomi Luncurkan Redmi 2
Bakteri Kolera Menyantap Gen Inang
Sebelum Dijual, Produk Huawei 'Disiksa' 
Cari AirAsia, Ini Prestasi Kapal BPPT Baruna Jaya
Pertama, Ilmuwan Teliti Pigmen Mata Dinosaurus
Studi: Makanan Cepat Saji Turunkan Nilai Siswa 
Video Gangnam Style Bikin YouTube Jebol  

Berita lain:
Supaya Selfie Anda Terlihat Keren
Tips agar Terhindar dari Penyadapan
6 Kebiasaan yang Bisa Merusak Ponsel

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia