Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUATU hari pada 1963. Langkah Benedict Anderson terhenti di sebuah pasar loak di Surabaya. Mata Indonesianis asal Cornell University, Amerika Serikat, itu terpaku pada satu buku usang: Indonesia dalem Api dan Bara terbitan Malang tahun 1947. Buku karangan seorang penulis bernama samaran Tjamboek Berdoeri itu begitu memikat sang profesor. "Ketika membacanya, saya merasa bahwa buku itu memang luar biasa, bisa membuat saya kadang ketawa terpingkal-pingkal dan kadang-kadang menangis," kata Ben dalam pengantar buku tersebut ketika diterbitkan kembali pada 2004.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo