Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - GSMA, asosiasi perusahaan telekomunikasi global, baru saja menyelesaikan laporan tentang potensi negara berkembang, termasuk Indonesia. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang mampu menjadi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami melihat banyak inovasi dan potensi di Indonesia," ujar Julian Gorman, Head of Asia Pacific GSMA, kepada Amri Mahbub dari Tempo dalam wawancara ekslusif beberapa waktu lalu di Le Meridien Hotel, Jakarta Selatan.
Karena itu, Gorman menyarankan Indonesia untuk segera beralih ke spektrum 700 MHz. Dia menyebutkan banyak negara di kawasan Asia-Pasifik telah menerapkan jaringan ini, seperti Singapura dan Australia.
Berikut petikan wawancara Tempo bersama Gorman:
Isu 700 MHz sudah berlangsung sejak 2010, tapi sebetulnya apa teknologi yang menarik dari spektrum ini?
Spektrum ini punya besaran pita (band) yang lebih rendah. Artinya, mampu menembus atau merambat lebih jauh. Karena itu, akan menarik jika digunakan di Indonesia sebagai negara kepulauan dan punya batasan geografis yang luas.
Bisa dibilang spektrum ini lebih efisien?
Betul. Ketika Australia baru saja menggunakan spektruk 700MHz, hanya ada lima stasiun televisi digital. Saat ini, 30. Kenapa? Karena spektrum ini mampu membawa lebih banyak data. Di sisi lain, spektrum ini bisa masuk ke jaringan broadband telekomunikasi 4G.
Ketika semua daerah di Indonesia sudah tersambung spektrum ini, semua informasi dari pemerintah bisa disampaikan langsung melalui televisi digital atau smartphone. Pengumuman tsunami, misalnya, atau bencana lain. Komunikasi akan lebih efektif.
Dari segi telekomunikasi seluler apakah akan sama efektifnya?
Tentu. Spektrum ini memungkinkan penyebaran lebih jauh di pelosok tapi lebih ekonomis karena hanya membutuhkan data yang sedikit. Sehingga operator jaringan seluler bisa berinvestasi lebih banyak di pedesaan.
Jadi, menurut Anda, apa yang perlu diperbaiki untuk memperbaiki infrastruktur digital di Indonesia?
Tentu, seperti yang saya sebelumnya, jaringan spektrum 700MHz. Ini pondasi untuk bisa memeratakan digital ke seluruh Indonesia. Dari sisi televisi digital, pemerintah Indonesia juga perlu membuat langkah pembangunan infrastruktur, seperti pemancar bergerak.
Saat ini Indonesia masih bertransisi dari 3G ke 4G, tapi dunia sudah mengembangkan isu 5G. Menurut Anda, apakah Indonesia mampu menghadapi transisi teknologi yang sangat cepat ini?
Saya pikir iya. Indonesia punya aset yang besar, yakni kecepatan untuk mengadosi sesuatu dan antusia terhadp teknologi baru. Selain itu, Indonesia merupakan pasar smartphone terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Cina. Ini tentu bisa jadi faktor yang kuat untuk terus mengadopsi teknologi-teknlogi baru, terutama di sektor telekomunikasi. Dalam tiga atau empat tahun tampaknya 3G dan 4G akan menjadi teknologi yang dominan, termasuk di daerah pelosok sekalipun.
Bagi saya, 5G terlalu dini untuk dibicarakan. Teknologinya saja masih diuji, perangkat smartphone yang kompatibel dengan jaringan ini mungkin akan hadir pada 2020 atau 2022. Dan pada 2025 kemungkinkan baru persen perangkat yang terhubung dengan 5G.
Lantas apa yang bisa membuat transformasi digital di Indonesia bisa lebih cepat?
Literasi digital ditingkatkan, sehingga masyarakat mengerti apa kebutuhan mereka. Pemerintah harus ambil peran di sini untuk mengembangkan konten dan layanan. Mendorong perusahaan teknologi lokal, seperti Gojek dan Tokopedia, misalnya.
Semua orang butuh Facebook, tapi berapa persen konten lokal di platform media sosial itu?
Apakah tranformasi digital dan ekonomi digital seiring sejalan?
Sangat terhubung. Namun, harus ditekankan sekali lagi, semua itu tak bisa berjalan kalau tidak ada infrastruktur yang efektif. Juga, pemerintah harus berperan untuk mengkonsolidasikan semua operator agar tak timbul chaos antar-operator. Tanpa konektivitas transformasi digital dan pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan.
Berapa potensi ekonomi dengan dibangunnya spektrum 700MHz?
Kami menghitung sedikitnya US$ 150 miliar (Rp 2,1 triliun) pada pada 2025. Sebuah kontribusi yang signifikan hanya dari broadband seluler.
Kenapa bisa setinggi itu?
Di Indonesia, orang lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan smartphone ketimbang menonton televisi. Sehingga, ada perubahan kebiasaan mencerna informasi dan konten, baik itu berita maupun hiburan. Artinya, warga Indonesia ke depannya juga akan bergantung pada broadband. Untuk warga di daerah pelosok, informasi dan teknologi terbaru akan membuat mereka bersemangat. Yang perlu digarisbawahi juga, Indonesia harus menggunakan jaringan aktif.
Maksudnya?
Operator Indonesia lebih senang menggunakan antenanya masing-masing. Ini membuat banyak antena dan seringnya sinyalnya bertubrukan. Ini yang saya maksud sebagai jaringan pasif. Bayangkan jika Anda hanya memiliki satu antena dengan spektrum yang sama, tapi bisa mencakup berbagai kepentingan. Berapa yang akan Anda habiskan untuk infrastruktur? Sangat kecil. Konsolidasi antar-operator tersebut sangat penting.
Tak bisa dipungkiri bahwa persaingan sektor di bidang telekomunikasi sangat ketat dan tampaknya konsolidasi bukan ide yang menarik...
Persaingan memang penting untuk industri yang sehat. Contohnya 5G ini. Sudah banyak raksasa teknologi dunia mengembangkannya. Tapi mereka tetap berbagi informasi seputar kegiatan mereka. Contoh konsolidasi antar-operator yang baik terjadi di Australia. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa bekerja sendiri, terutama dalam membangun infrastruktur.
Karena itulah mereka bekerja sama. Di India, Vodafone dan Idea bergabung. Vodafone memiliki jaringan yang sangat besar di perkotaan, sementara Idea memiliki kekuatan di daerah pedesaan. Tujuan konsolidasi adalah untuk mendorong sinergi, sehingga mengurangi biaya atau mungkin hasil yang lebih baik. Di Indonesia juga ada XL dan Axis, yang memiliki segmen berbeda.
Simak kabar terbaru dari GSMA dan tentang teknologi spektrum telekomunikasi hanya di kanal Tekno Tempo.co.