Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Asosiasi Franchise Keluhkan Asing Kuasai Pasar Waralaba di RI

Jumlah merek franchise luar negeri yang masuk ke Indonesia kini hampir tiga kali lipat dari jumlah waralaba dalam negeri.

24 November 2019 | 08.58 WIB

Suasana pameran Waralaba di JCC (18/6). TEMPO/Seto Wardhana
Perbesar
Suasana pameran Waralaba di JCC (18/6). TEMPO/Seto Wardhana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Franchise Indonesia atau AFI mengeluhkan dominasi waralaba alias franchise asing di pasar Tanah Air. Ketua Kehormatan Asosiasi Franchise Indonesia atau AFI Anang Sukandar mengatakan jumlah merek waralaba luar negeri yang masuk ke Indonesia kini hampir tiga kali lipat dari jumlah waralaba dalam negeri. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Dari asing itu sekarang jumlah waralaba 480 sampai 500-an. Sedangkan dalam negeri hanya 120,” ujar Anang saat ditemui di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Sabtu, 23 November 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Waralaba asing yang marak datang ke pasar Indonesia umumnya berasal dari Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. Lebih dari 50 persen di antaranya membawa produk makanan dan minuman.

Anang mengatakan, ketimbang negara lain, pertumbuhan waralaba di Indonesia cenderung stagnan. Dalam beberapa tahun belakangan, bakal usaha waralaba, yakni business oportunity atau BO hanya tumbuh 8-10 persen per tahun. 

“Memang jumlah BO 2.000-2.200. Tumbuh 8-10 persen per tahun. Tapi yang tumbang juga sama persentasenya,” ucapnya.

Waralaba yang bertahan hingga saat ini pun rata-rata merupakan bisnis yang sudah berdiri dengan usia lebih dari 10 tahun. Sehingga, kata dia, kondisi keuangan entitas bisnis itu sudah stabil. Ia mencontohkan Es Teler 77, Bakmi Naga, dan beberapa usaha kuliner lainnya.

Menurut Anang, pertumbuhan waralaba di dalam negeri tak terlampau moncer lantaran pemerintah sejak era 1990-an tak serius mencurahkan perhatiannya pada bisnis ini. Ia mengklaim, baru sejak era Presiden Joko Widodo alias Jokowi, pemerintah mulai menyentuh bisnis waralaba. 

Padahal, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor waralaba, pemerintah mesti ambil peran. Anang mencontohkan pemerintah Malaysia yang sejak lampau menyuntik dana segar untuk mengembangkan bisnis di sektor ini.

Sementara itu, untuk iklim bisnis waralaba tahun depan, Anang memprediksi sektor ini masih akan tumbuh sekitar 10 persen. Ia berharap pengusaha dapat mendongkrak pertumbuhan dengan menciptakan inovasi dan memperbaiki manajemen. 

Presiden Joko Widodo alias Jokowi pada 2016 lalu menyatakan keseriusannya untuk menggarap pasar waralaba dalam negeri. Ia mengatakan potensi waralaba untuk menggerakkan ekonomi masyarakat masih terbuka lebar.

"Negara kita memiliki 34 provinsi, memiliki 516 kabupaten dan kota, potensi domestiknya sangat besar sekali untuk menggalang waralaba Indonesia," kata Jokowi. Ia berpendapat, perkembangan usaha yang sudah ramai dan laku berpeluang ditumbuhkan menjadi lebih besar melalui sistem waralaba.

ANTARA

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus