Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bahlil: Jangan Tergiur Investasi Besar, tapi Perhatikan yang Bisa Membuka Lapangan Kerja

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menuturkan Indonesia tak perlu tergiur berburu investasi investasi besar namun ternyata kurang memberi dampak ekonomi masyarakat.

18 Mei 2025 | 21.00 WIB

Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia memberikan keterangan kepada media usai acara Silaturahmi dan Halal Bihalal di Gedung DPP Partai Golkar, Jakarta, 16 April 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Perbesar
Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia memberikan keterangan kepada media usai acara Silaturahmi dan Halal Bihalal di Gedung DPP Partai Golkar, Jakarta, 16 April 2025. Tempo/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menuturkan Indonesia tak perlu tergiur berburu investasi besar namun ternyata kurang memberi dampak ekonomi masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Mantan Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Menteri Investasi era Presiden Joko Widodo itu menilai untuk memperkuat perekonomian nasional, sektor usaha mikro kecil menengah yang jadi perhatian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jangan kita hanya terpana pada investasi-investasi yang nilainya besar," kata Bahlil di sela menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar di Yogyakarta Minggu, 18 Mei 2025.

Bahlil menuturkan, dari postur pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia saat ini, ia menyebut 53 persennya merupakan kontribusi dari sektor konsumsi.

"Bicara kosumsi itu bicara soal daya beli masyarakat, soal daya beli masyarakat itu bicara soal lapangan pekerjaan karena itu tentang kepastian pendapatan," kata Ketua Umum Partai Golkar itu.

Bahlil menilai, terkait investasi yang digadang menjadi pendongkrak ekonomi, ia meminta sebaiknya lebih melihat bagaimana dampaknya dalam membuka lapangan pekerjaan.

Bahlil menyebut, dari 130 juta lapangan kerja yang tersedia saat ini, sebanyak 120 juta di antaranya justru diciptakan dari sektor usaha mikro kecil menengah atau UMKM. Bukan didominasi investasi-investasi besar.

Selain itu, Bahlil melanjutkan, dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang sebesar 61 persen, juga disumbangkan sektor UMKM.

"UMKM ini sudah tumbuh merata di seluruh daerah, dari tingkat kabupaten hingga kecamatan," kata dia.

Bahlil menuturkan, perekonomian nasional saat ini harus berhadapan dengan situasi geopolitik dan geoekonomi dunia yang tidak menentu sehingga memicu ketidakpastian.

"Perang masih terjadi di beberapa negara setelah Covid-19 ekonomi kita baru mau bangkit, perang terjadi lagi dari Israel-Palestina, Rusia-Ukraina, sekaran India dengan Pakistan," kata Bahlil.

"Sekarang muncul perang tarif China-Amerika, soal pajak, yang berpengaruh pada defisit neraca perdagangan," imbuh Bahlil.

Menurut dia, dalam program Astacita Presiden Prabowo Subianto yang mencakup swasembada pangan, swasembada energi, hilirisasi dan makan bergizi gratis, UMKM semestinya diperkuat agar semakin menjadi tonggak penggerak ekonomi nasional.

Sejumlah provinsi di Tanah Air, kata Bahlil, telah sukses mengelola dan menumbuhkan ekonominya melalui UMKM seperti provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga tak sedikit yang berhasil go international.

"UMKM ini yang seharusnya juga kita perkuat, jangan terpana pada investasi besar saja," kata Bahlil.

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus