Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PT KAI mulai menjalankan secara rutin kereta Panoramic.
PT KAI berusaha mendongrak jumlah pengguna kereta wisata.
Kontribusi segmen wisata terhadap pendapatan PT KAI masih kecil.
JAKARTA – Sejak Sabtu pekan lalu, selalu ada gerbong kereta Panoramic milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang malang-melintang di lintasan Argo Parahyangan. Kereta dengan jendela berukuran besar untuk menikmati pemandangan itu ditempatkan di kepala—ada kalanya di ekor—rangkaian kereta eksekutif pagi rute Jakarta-Bandung itu. Berawal dari kereta khusus untuk masa libur, kereta pelesir berkonfigurasi 38 tempat duduk yang dilengkapi dengan tirai otomatis dan bagasi khusus itu dijadikan layanan reguler oleh PT KAI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat menjajal kereta Panoramic kemarin pagi, Tempo disuguhi perjalanan yang tak biasa. Ketika melangkah masuk, interior gerbongnya memunculkan sensasi seakan-akan kita berada dalam akuarium. Sebagian besar dinding dan atap kereta Panoramic dipenuhi kaca duplex tempered yang tahan panas dan benturan. Fasilitas itulah yang membuat penumpang bebas memandangi alam tanpa terganggu panas terik sinar matahari. Bangku yang bisa diputar menghadap jendela menambah kesan mewahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vice President Public Relations PT KAI, Joni Martinus, mengatakan kereta Panoramic merupakan fitur baru yang digarap PT Kereta Api Pariwisata, anak usaha KAI. "PT KAI semakin serius menggarap segmen kereta api pelesir. Kami sudah menyiapkan empat kereta Panoramic baru yang akan dijalankan secara reguler," kata Joni kepada Tempo. Dengan harga normal Rp 400 ribu per kursi, penumpang mendapat minuman penyambut dan paket makan siang.
Sepur mewah itu dirilis secara terbatas pada masa libur panjang akhir tahun lalu, persisnya sejak 24 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023. Walau masih menjalani uji pasar, saat itu tingkat keterisiannya menembus rata-rata 70 persen, bahkan sempat penuh pada hari keenam soft launching. Dari catatan PT KA Pariwisata, pengguna kereta Panoramic sebanyak 988 orang sepanjang Desember 2022. Sedangkan pada Januari-Mei 2023, jumlahnya 6.482 penumpang. Layanan itu sempat vakum sebulan sejak pertengahan Januari lalu.
Saat ini, hanya ada satu perjalanan harian Argo Parahyangan yang dilengkapi dengan kereta Panoramic. Sedangkan mulai 16 Juni mendatang, layanan ini akan ditempatkan pula di rangkaian Argo Wilis dan Turangga, kereta rute Bandung-Surabaya Gubeng. Namun Panoramic hanya disediakan setiap akhir pekan dengan harga normal Rp 1,2 juta.
Joni masih irit bicara soal permodalan untuk ekspansi kereta Panoramic. "Yang pasti, Yogyakarta dipertimbangkan sebagai salah satu rute baru. Bisa ditujukan khusus untuk destinasi wisata, misalnya relasi Jakarta-Bandung-Yogyakarta," kata dia.
Baca juga: Risiko Menganga Retrofit Kereta
Suasana penumpang Kereta Panoramic. Dok KAI
Berkontribusi Ratusan Miliar Rupiah
Joni mengimbuhkan, PT KAI juga berniat membuat paket tiket gabungan atau bundling yang berisikan tiket kereta Panoramic dan produk lain dari biro wisata. Implementasi rencana itu menunggu hasil pengkajian bisnis KAI yang sedang berlangsung. Menurut Joni, kontribusi pendapatan dari PT KAI Pariwisata pada 2022 hanya Rp 341 miliar atau 1,5 persen dari total pendapatan KAI yang menembus Rp 22,9 triliun. Namun perusahaan berusaha mendongkrak pangsa pengguna kereta wisata.
"Kontribusi KA wisata belum signifikan, tapi selalu ada inovasi layanan agar diminati masyarakat," ujarnya.
Kereta segmen wisata selain Panoramic pun sedang didesain ulang agar sesuai dengan permintaan penumpang. Joni mengatakan PT KAI juga menggarap kereta wisata Retro, yaitu sepur klasik untuk layanan kuliner. "Jadi, ada kereta yang kami desain ulang untuk keperluan dining on train. Konsepnya fine dining di atas kereta."
Saat diwawancarai Tempo pada Desember 2022, mantan Direktur Utama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA, Budi Noviantoro, menyebutkan soal konsep kereta retro. Menurut dia, INKA telah membangun purwarupa restoran stasioner di rel bekas jalur Madiun-Ponorogo, Jawa Timur. "INKA tinggal menunggu pesanan," tuturnya saat itu.
Juru bicara PT Kereta Api Pariwisata, Muhammad Ilud Siregar, mengatakan timnya mengelola banyak tipe kereta pelesir. Selain menjalankan kereta Panoramic dan Retro, perusahaan mengelola lima tipe kereta wisata di berbagai lokasi, belum termasuk sepur mewah tipe Priority dan Imperial. Dia menyebutkan sebagian layanan tersebut digarap untuk pesanan perorangan, sementara jenis lainnya untuk rombongan.
"Dari data 2022, volume penumpang perorangan sebesar 31.913 orang, sementara rombongan sebanyak 5.849 orang," kata Ilud.
Baca juga: Candu Impor Kereta Bekas Jepang
Guru besar bidang transportasi Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, menyatakan peluang bisnis kereta wisata masih terbuka. Di tengah perluasan jaringan rel, KAI masih bisa berkembang dengan segmen non-reguler. Namun ia mengakui bahwa bisnis kereta pelesir membutuhkan investasi jumbo dan kesabaran karena durasinya panjang.
"Makanya, KAI harus melakukan survei pasar untuk melihat potensi kebutuhan perjalanan wisata," kata dia, kemarin.
Adapun Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, menyarankan agar pola layanan kereta wisata diatur secara teliti sesuai dengan keinginan pasar. "Panoramic harus dioptimalkan pada perjalanan siang hari atau rute alam yang pas. Kalau jalan malam, tidak menarik."
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo