Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

CORE Proyeksikan Krisis Properti di Cina Diprediksi Berdampak Jangka Panjang ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia, terutama pada kinerja ekspor.

12 Desember 2023 | 20.54 WIB

Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, mengatakan krisis sektor properti di Cina sangat berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pasalnya, kinerja ekspor Indonesia masih bergantung pada negara tirai bambu tersebut. Berdasarkan hasil estimasi jangka panjang atau sampai 10 tahun ke depan, kenaikan 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Cina bisa menumbuhkan ekspor Indonesia sebesar 37,6 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini bukan main-main, karena properti di Cina itu menyumbang 24 hingga 30 persen PDB Cina,” ujar Faisal dalam acara seminar CORE Economic Outlook 2024, di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Desember 2023. 

Faisal menuturkan Cina merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar bagi perekonomian dunia. “Cina sendiri menyumbang pertumbuhan ekonomi dunia selama 10 tahun terakhir kurang lebih 41 persen. Ini jauh lebih besar daripada Amerika Serikat sebesar 22 persen atau Eropa 9 persen.”

Menurutnya, perlambatan ekonomi Cina tidak hanya berimplikasi pada kinerja ekspor-impor Indonesia tahun depan, melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, kata Faisal, Indonesia masih perlu melakukan diversifikasi ekspor agar tidak bergantung pada negara mitra dagang utama seperti Cina.

“Kita perlu mewaspadai ketergantungan terhadap pasar Tiongkok menjadi semakin tinggi. Selama ini kita selalu suarakan pentingnya diversifikasi ekspor,” tuturnya.

Adapun selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2020 saat pandemi Covid-19, ekspor Indonesia ke Cina rata-rata tumbuh 24 persen per tahun, sementara ekspor ke negara lain tumbuh 6,26 persen.

DEFARA DHANYA | ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus