Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meresmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh hari ini. Kereta Cepat Jakarta - Bandung diklaim sebagai kereta tercepat se-Asia Tenggara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak sampai di situ, usai peresmian Whoosh, pemerintah juga berencana melanjutkan proyek Kereta Cepat hingga ke Surabaya. Seperti apa rutenya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang sebelumnya menyinggung rencana proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) diperpanjang menjadi Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
“Kereta Cepat Jakarta-Bandung saya kira nanti tanggal 2 (Oktober) akan soft launching dengan presiden. Dan presiden sudah memerintahkan untuk membuat studi mengenai kelanjutan kereta cepat sampai ke Surabaya,” kata Luhut saat membuka acara Hub Space: Journey to Connect Indonesia, Jumat, 29 September 2023.
Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi sebelumnya memperkirakan panjang rel kereta cepat menuju Surabaya memiliki panjang yang sama dengan Kereta Api (KA) Jakarta-Surabaya, yaitu kurang lebih 720 kilometer. Meskipun berjarak sama, tetapi waktu tempuhnya diperkirakan jauh lebih efisien, yang semula 9 jam menjadi sekitar 4 jam.
“Kami juga berencana, kereta cepat ini akan dihubungkan dengan sejumlah simpul transportasi, seperti Bandara Kertajati, yang diproyeksikan bila Tol Cisumdawu telah selesai, maka Bandara Kertajati akan semakin ramai,” ucap Budi di Jakarta, Jumat, 4 November 2022.
Kereta Cepat Jakarta-Surabaya tersebut direncanakan bakal melalui sejumlah stasiun, diantaranya Jakarta, Karawang, Bandung, Kertajati, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, Madiun, hingga Surabaya.
Selain itu, Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan bahwa rencana sepur kilat menuju Surabaya sudah dibahas dengan pemerintah.
“Sudah ada (rencana diperpanjang). Sudah ada perbincangan serius dengan pemerintah,” ujar Dwiyana di acara Hub Space X KAI Expo 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat, 29 September 2023.
Selanjutnya: Dwiyana juga menyatakan peluang Cina untuk...
Dwiyana juga menyatakan peluang Cina untuk kembali berinvestasi di proyek sepur kilat itu. Menurut dia, Perdana Menteri (PM) Li Qiang sudah berminat untuk terlibat. “Termasuk investor Cina, PM Cina juga berminat,” ujarnya.
Lebih lanjut, saat disinggung soal rencana rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, dia tidak mau berkomentar banyak karena hal tersebut masih dalam proses kajian. “Kertajati, Solo, Jogja, Surabaya. Tapi ini masih dalam proses studi,” terangnya.
Guru Besar UI Beri Saran Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Sementara itu, Guru besar bidang transportasi Universitas Indonesia (UI) Sutanto Soehodho sempat mengungkapkan, apabila kereta cepat ke Surabaya direalisasikan, maka sebaiknya rute yang digunakan melalui pantai utara Jawa (Pantura). Pasalnya, menurut dia, secara ekonomi, proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan lebih memungkinkan saat melalui jalur pantai utara dibandingkan melewati pantai selatan Jawa (Pansela).
Dia menjelaskan, pembangunan jalur kereta cepat harus mempertimbangkan medan trase dari rutenya. Semakin rata jalur yang dilalui, maka semakin baik. “Karena kereta dalam gerakannya harus mempertahankan gradien yang terbatas, misalnya maksimum 30-40 per mili atau 3-4 persen saja bahkan 0 persen di stasiunnya,” ucap Sutanto saat dihubungi, Selasa, 1 Agustus 2023.
Kondisi geografis yang berbukit juga bisa memberi konsekuensi biaya pembangunan tinggi, mungkin perlu dibangun banyak terowongan (tunnel). Sehingga pemilihan trase atau rute menjadi sangat krusial untuk menekan biaya operasi, investasi, dan perawatan (capex dan opex).
Lebih jauh, kata dia, pemilihan rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya mesti menjamin potensi permintaan (demand) penumpang yang tinggi untuk mempertahankan keberlangsungannya karena mahalnya biaya operasi dan perawatan. Bahkan seringkali biaya investasi menjadi semacam sunk cost (biaya yang ada di masa lalu dan tidak dapat diubah saat ini maupun di masa mendatang), sehingga harus dibebankan kepada pemerintah.
“Dalam dimensi nilai keekonomian dan bukan semata nilai finansial,” ujar Sutanto.
MELYNDA DWI PUSPITA | YOHANNES MAHARSO | MOH KHORY ALFARIZI