Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menanggapi peristiwa kebakaran yang terjadi di Depo milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara. Menurut dia, peristiwa kebakaran itu menjadi yang ketiga kalinya terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini saya kira bukan kejadian yang pertama ya. Ini yang ketiga kalinya, pada tahun 2009 kebakaran, kemudian yang kedua tahun 2017, dan sekarang ini 2023 di Plumpang,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Sabtu 4 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran Depo Plumpang terjadi pada pada Jumat malam, pukul 20.11 WIB, 3 Maret 2023. Kebakaran tersebut terjadi karena munculnya api dari pipa bensin di kompleks tersebut menyebar hingga menyebabkan rumah-rumah warga di sekitar ikut dilahap si jago merah.
Fahmy menilai yang terjadi semalam adalah kebakaran yang paling dahsyat. Pasalnya, kebakaran merenggut nyawa sebanyak 17 orang dan 50 orang yang luka-luka. Dia juga menilai bahwa kejadian yang berulang ini membuktikan bahwa Pertamina tidak menerapkan sistem tata kelola pengamanannya.
“Itu tidak sesuai dengan standar internasional (sistem keamanannya). Karena aset yang strategis dan berisiko tinggi seperti kilang dan depo itu mustinya memiliki pengamanan yang sangat ketat. Dan harusnya zero acctident,” kata Fahmy. Dia mempertanyakan apakah pipa-pipa minyak yang dibangun pada 1971 itu sudah diganti atau belum.
Selain itu, pada saat dibangun tahun 1971, daerah tersebut masih sepi, belum banyak perumahan, tapi kemudian berkembang menjadi daerah pemukiman. “Tetapi Depo Plumpang masih tetap dipertahankan di situ. Sehingga pada saat terjadi kecelakaan, kebakaran tidak bisa dihindari akan merembet ke rumah-rumah pendudu,” ucap Fahmy.
Hingga pukul 00.30 WIB, Sabtu, 4 Maret 2023, jumlah korban jiwa sudah mencapai 17 orang, yang terdiri dari 15 dewasa dan 2 anak-anak yang berada di tempat yang berbeda. Delapan korban di RSUD Tugu Koja dan dua di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tujuh korban yang sempat ditempatkan di Koramil, telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati pukul 00.06 WIB.
Sementara jumlah korban luka akibat kebakaran di Depo Plumpang tersebut mencapai 50 orang, yang terdiri dari 49 dewasa dan 1 anak-anak. Para korban kini berada di berbagai lokasi seperti RS Mulyasari, RS Tugu, hingga RS Pelabuhan.
MOH KHORY ALFARIZI | FAJAR PEBRIANTO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.