Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

OJK Lembaga Paling Banyak Dilaporkan ke Ombudsman

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi lembaga nomor satu yang paling banyak dilaporkan masyarakat kepada Ombudsman RI.

26 Januari 2023 | 12.46 WIB

Gedung OJK. Google Street View
Perbesar
Gedung OJK. Google Street View

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi lembaga nomor satu yang paling banyak dilaporkan masyarakat kepada Ombudsman RI. "Oleh karena itu, kami terus-terusan membangun komunikasi," kata anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika dalam konferensi pers 'Penyampaian Hasil Pengawasan Ombudsman RI Sektor Perekonomian I 2022', Kamis, 26 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Dalam presentasinya, ada 75 laporan masyarakat ke Ombudsman terkait OJK. Sedangkan posisi kedua ditempati oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dengan 14 laporan. Posisi berikutnya adalah Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masing-masing dengan lima pengaduan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini pun ditanggapi oleh Deputi Direktur Direktorat Pelayanan Konsumen OJK Hudiyanto yang turut hadir dalam acara tersebut. Ia mengatakan, pihaknya dan Ombudsman sering berkoordinasi hampir setiap dua minggu terkait pengaduan masyarakat. "OJK itu menjadi langganan. Jadi, pengaduan mengenai perbankan dan asuransi memang luar biasa jumlahnya," ujar Hudiyanto. 

Lebih lanjut dia mengungkit soal Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan. Menurutnya, aturan ini menjadi tantangan bagi OJK ke depan.

"Ini mengamanahkan dua bidang yang menurut kami sangat luar biasa tantangannya. Pertama adalah koperasi yang open loop, yang nanti menjadi lembaga keuangan mikro. Bapak Ibu bisa bayangkan jumlah koperasi yang sebegitu banyaknya di Indonesia," kata Hudiyanto. 

Kedua, lanjut dia, adalah pengawasan aset kripto. Menurutnya, tingkat literasi dan edukasi yang sangat jomplang dengan tingkat inklusi menjadi tantangan. Ketimpangan itu yang menyebabkan maraknya pengaduan. 

"Kalau menurut data kami, literasi keuangan di Indonesia hanya 49 persen, tapi inklusinya sudah 90 persen. Jadi, yang paham masih tertinggal, yang beli sudah banyak sehingga itu men-create pengaduan-pengaduan pada kami," beber Hudiyanto.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.



Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus