Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Skizofrenia merupakan gangguan berpikir yang disebabkan oleh perubahan senyawa kimia di otak. Orang yang mengalami gangguan jiwa ini sering berhalusinasi, tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan. Itu sebabnya, penderita sering melakukan tindakan nekad.
Baca: Skizofrenia Tinggi terjadi Pada Bayi yang Kekurangan Vitamin D
Meskipun tergolong kronis, penyakit ini bisa disembuhkan. Dokter spesialis penyakit jiwa I Gusti Rai Wiguna mengatakan bahwa proses penyembuhan ini tergantung pada kondisi penyakit itu sendiri. “Kalau first episode atau pertama kali muncul lalu langsung berobat tekun dan teratur, dalam waktu tiga atau lima tahun sudah sembuh dan bebas dari obat,” kata Rai saat menerima kunjungan Menteri Kesehatan Nila Moeloek di Rumah Berdaya, Denpasar, Rabu, 24 April 2019.
Tapi jika sudah beberapa kali relaps atau kambuh, proses pengobatannya akan semakin kompleks. Relaps artinya penderita menjalani pengobatan tapi tidak sampai sembuh benar, lalu berhenti dan kembali kambuh. “Tapi bukan berarti mereka tidak bisa baik. Seperti penyakit kronik progresif kencing manis atau hipertensi, butuh pengobatan berkelanjutan,” ujar dia.
Rai menambahkan, obat yang diminum adalah zat kimia yang sebenarnya natural ada di otak, seperti halnya insulin untuk penderita diabetes yang sebenarnya juga secara alami diproduksi oleh tubuh.
Persolannya, proses pengobatan skizofrenia di Indonesia tidak semudah di negara-negara maju. Ini karena stigma masyarakat yang mengaitkan penyakit ini dengan keyakinan. Penderita skizofrenia kerap dianggap mendapat kutukan, imannya kurang kuat, atau menanggung dosa. Akibatnya, seseorang mengalami gangguan jiwa ini mereka tidak langsung dibawa ke dokter. Keluarga biasanya membawa mereka ke orang pintar dari beberapa kepercayaan.
“Banyak lo keluarga yang akhirnya baru berobat setelah enam bulan. Di luar negeri orang skizofrenia biasanya berobat rata-rata satu minggu setelah gejala muncul, sedangkan di Indonesia sampai enam bulan,” kata dia.
Keterlambatan ini, kata Rai, membuat pengobatannya semakin sulit. “Ini sama dengan otang keracunan. Lebih enak mana, ngobatin yang baru 2 jam minum racun atau yang sudah tiga hari?”
Selain obat-obatan, para penderita skizofrenia juga membutuhkan rehabilitasi untuk mengembalikan kepercayaan diri dan mendekatkan mereka pada dunia nyata.
Baca: Intip Tanda-tanda Penyakit Mental Skizofrenia Sejak Dini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini