Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Tertarik Jadi Aktor Film? Simak Dulu Kata Lukman Sardi

Aktor film itu bukan pekerjaan sambil lalu, perlu banyak hal seperti open your mind, bukan sekadar bisa acting.

6 April 2018 | 09.05 WIB

Seorang kru memegang clapperboard saat pembuatan film Zombie Era di kompleks ditinggalkan pabrik di Langfang, provinsi Hebei, Cina 16 Desember 2016. REUTERS/Damir Sagolj
Perbesar
Seorang kru memegang clapperboard saat pembuatan film Zombie Era di kompleks ditinggalkan pabrik di Langfang, provinsi Hebei, Cina 16 Desember 2016. REUTERS/Damir Sagolj

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi seorang aktor film memang tak semudah membalikan telapak tangan, membutuhkan proses yang lebih lama dibandingan dengan sinetron yang harus diproses secara cepat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Aktor Lukman Sardi menilai melahirkan aktor film baru bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui talent scout, atau lewat produser memang punya keinginan mencari aktor baru yang memang diperlukan untuk sebuah proyek film.

Baca juga:
Heboh Rendang Crispy, Ini Fakta Rendang Kata William Wongso
Jangan Jauh-jauh Cari Dokter, Simak 4 Tipsnya
Festival Ceng Beng, Apa Saja yang Harus Dibawa?

“Aktor film itu bukan pekerjaan sambil lalu, perlu banyak hal seperti open your mind, bukan sekadar bisa acting. Aktor perlu banyak hal, mungkin karena begitu panjang, ribet, mungkin anak anak muda lebih memilih sinetron yang lebih simple,” tegasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, tantangan memunculkan aktor baru adalah setiap masuk film tidak bisa sembarangan, harus mempunyai kapasitas. “Buat kita jadi aktor selalu dipakai bukan suatu yang menggembirakan, kita juga merasa harusnya ada regenerasi baru yang muncul dan mempunyai kapasitas, serta kemampuan untuk men-delivery karakter dengan baik,” ujar Lukman.

Dia mengungkapkan bahwa aktor film bisa [berhasil] sampai saat ini karena proses yang panjang, membutuhkan banyak hal. Itu berbeda dengan sinetron yang serba cepat. Di film semua harus kelihatan real, perlu ada workshop, dan reading. Itu perlu eksplorasi yang lebih dari biasanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus