Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Alasan Batu Akik Bacin Saingi Bacan

Menurut Andi Siswandi, 34 tahun, Ketua Gemstone Kuningan yang memiliki anggota 170 pedagang, bacin banyak disukai berbagai kalangan, karena motifnya.

25 April 2015 | 12.00 WIB

Come Back
Perbesar
Come Back

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO , Kuningan: Batu akik bacan yang masih diburu untuk koleksi kini mendapat saingan yakni bacin alias batu Ciniru, batu asli Kabupaten Kuningan yang memiliki keunikan pada coraknya. Kini Bacin banyak diburu penggemar batu akik dari berbagai daerah untuk dikoleksi.

Menurut Andi Siswandi, 34 tahun, Ketua Gemstone Kuningan yang memiliki anggota 170 pedagang, bacin banyak disukai berbagai kalangan, karena motifnya. “Apalagi setelah Bacin menang kontes nasional di Jakarta mendapat juara 2 untuk katagori warna dan motif,” kata Andi kepada Tempo, Jumat, 24 April 2015.

Penjualan bacin ternyata mengalahkan penjualan batu bacan. Dalam sebulan omzet penjualan bacin mencapai puluhan juta, sedangkan bacan hanya satu atau dua buah saja. “Saya optimistis penjualan bacin sekarang justru naik daun dibanding bacan atau jenis lainnya,” kata Andi.

Ciri khas batu ini pada warna orange yang menyerupai warna merah oncom khas Bandung. Tidak heran ketika batu ini dikenalkan pertamakali disebut batu badar oncom. Namun Bacin di Jabodetabek dikenal sebagai Pancawarna Kuningan atau batu Arya Kamuningan.

Batu ini memiliki berbagai warna seperti orange, kuning, merah, cokelat, putih susu, bening, hitam, abu-abu dan warna lainnya. Motifnya naga, ular, semar, lidah rollingstone, burung, gunung, bunga dan lainnya.

Hargapun bervariasi antara 100 ribu sampai Rp 15 juta tergantung motif, batu cincin, batu liontin dan ikatan batangnya.

Untuk mendapatkan batu Ciniru tidaklah mudah. Orang luar tidak bisa mencari batu ini secara langsung melainkan harus beli melalui warga sekitar, wilayah ini sekarang menjadi sentra home industry batu akik setahun terakhir. “Harganya bervariasi dari mulai 100 ribu sampai 1 juta perkilogramnya, ada juga yang menjual sudah jadi,” kata Anton Julianto, salah seorang pengrajin batu akik.

Lain halnya dengan Agus Rahman, seorang penggemar batu akik. Agus menilai kekerasan bacin masih kalah dengan batu lainnya. “Untuk motif dan warna bagus, tapi kekerasan kurang, namun tetap unik,” tutur Agus. Dia hanya memiliki dua buah Bacin, koleksi lainnya yakni batu lumut merah wonosari, pirus daun Persia dan topaz.

DEFFAN PURNAMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus