Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Keadaan khawatir, stres, bahkan gangguan kecemasan tentu pernah kita rasakan. Kadang kita tidak begitu paham membedakan tiga hal tersebut yang kemudian berujung pada diagnosis yang terlambat atau terlalu dini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Khawatir, stres, dan gangguan kecemasan biasanya adalah urutan masalah psikologis yang juga bisa menjurus ke masalah yang lebih serius seperti depresi. Untuk itu, mari kenali dan pahami perbedaan reaksi psikologis ini, dikutip dari The New York Times.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Apa itu khawatir?
Khawatir terjadi ketika muncul pikiran negatif, hasil yang tidak pasti, dan hal-hal buruk yang terjadi diluar dugaan.
"Khawatir biasanya terjadi berulang-ulang, pikiran yang obsesif," ungkap Melanie Greenberg, psikolog dan juga penulis buku The Stress Proof Brain (2017).
Khawatir sebenarnya penting bagi kehidupan, menurut profesor psikologi Harvard Medical School dan juga Ketua Gangguang Kecemasan dan Depresi Amerika Serikat, Luana Marques. Saat berpikir tentang situasi yang tidak pasti atau tidak mengenakkan, seperti tidak bisa membayar cicilan, mengerjakan tugas dengan buruk, maka otak akan terstimulasi. Saat khawatir otak akan menjadi tenang. Khawatir biasanya akan mendorong kita untuk mencari penyebab dan jalan keluar sebuah masalah yang berdampak positif.
"Khawatir adalah sebuah cara otak mengendalikan masalah agar Anda tetap dalam keadaan aman," ujar Marques.
Tiga hal ini bisa dilakukan saat khawatir:
- Berikan waktu untuk rasa khawatir, misal 20 menit. Setelah waktu yang ditentukan habis, coba alihkan pada pikiran lain.
- Ketika sadar sedang khawatir terhadap sesuatu, coba langsung hadapi atau pikirkan apa yang bisa dilakukan dari kekhawatiran tersebut.
- Tulis masalah, riset membuktikan menulis selama 8-10 menit bisa menenangkan pikiran obsesif.
Apa itu stres?
Stres yaitu respons psikologis yang terhubung ke kejadian luar. Stres biasanya terbentuk melalui keadaan dari luar, seperti tenggat waktu pekerjaan atau hasil tes kesehatan yang menakutkan.
"Stres merupakan reaksi perubahan lingkungan luar atau paksaan yang melebihi kemampuan individu," ujar Greenberg.
Greenberg menjelaskan stres adalah respons alami terhadap suatu ancaman. Stres terjadi dari reaksi perilaku yang kemudian mengeluarkan adrenalin dan kortisol dalam tubuh, yang membantu mengaktifkan otak dan tubuh untuk menghadapi ancaman.
Ketika stres biasanya jantung berdebar, telapak tangan basah atau dingin, napas tidak teratur. Marques mengatakan stres juga bisa dirasa menyenangkan, yang dikenal dengan istilah stres akut. Stres ini akan hilang ketika permasalahan selesai. Misalnya, sampai tepat waktu saat menghadapi macet di perjalanan atau juga bisa saat mengumpulkan tugas di jam-jam terkahir.
Di sisi lain, ada stres kronis yang biasa terjadi ketika masalah tidak terselesaikan. Stres ini akan berkaitan dengan masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan, gangguan pada jantung, dan juga melemahkan sistem imun.
Tiga hal untuk menolong stres yaitu berolahraga, memperjelas apa yang bisa dan tidak bisa dikontrol, jangan membandingkan stres dengan yang orang lain hadapi.
Apa itu cemas?
Jika stres dan khawatir adalah gejala, cemas adalah puncaknya. Cemas memiliki elemen kognitif (khawatir) dan respons psikologis (stres) yang terjadi dalam diri secara bersamaan.
"Gangguan kecemasan adalah ketika berhadapan dengan rasa khawatir dan stres yang banyak," ungkap Marques.
Ingat, stres adalah respons natural terhadap suatu ancaman. Gangguan kecemasan juga sama, yaitu respons alami, hanya saja tidak memiliki ancaman. Perasaan khawatir juga berbeda dengan gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan adalah kondisi kesehatan yang serius, yang merupakan gabungan stres dan kekhawatiran.
Tiga hal yang bisa dilakukan terkait kecemasan:
- Batasi konsumsi gula, alkohol, dan kafein.
- Gerakkan jari, ini bisa membantu menangkan diri.
- Ketika dalam kecemasan, berbicara dan berpikir tidak akan menolong. Coba alihkan diri dengan indera lain, seperti mendengarkan lagu, lompat tali selama lima menit.