Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Begini Filosofi Jika Ingin Sukses  

Sisi filosofi dasar dari kehidupan adalah Other People Interest (OPI), keinginan orang lain.

23 April 2015 | 14.45 WIB

Lembaran mata uang lima dolar bergambarkan wajah mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln di Washington, 26 Maret 2015. Abraham Lincoln merupakan presiden pertama Amerika Serikat yang tewas dibunuh. REUTERS
Perbesar
Lembaran mata uang lima dolar bergambarkan wajah mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln di Washington, 26 Maret 2015. Abraham Lincoln merupakan presiden pertama Amerika Serikat yang tewas dibunuh. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Bisnis.com, Jakarta - Ada kisah gentong retak. Seorang petani mengambil air dari sumur yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dia membawa gentong di kiri dan di kanan. Gentong kanan sudah retak, sehingga dia merasa sedih. “Kasihan Pak Tani memanggul gentong, tapi retak. Tidak bisa sukses 100%.”






“Oh jangan bersedih, lihatlah bunga bunga warna-warni harum mewangi hanya tumbuh di sisi kanan jalan, karena air rembesan gentong kanan itu.”

Inti dari cerita ini, mungkin kita tidak sukses dan hanya menghasilkan air separuh sukses. Padahal, banyak sekali orang lain yang mensyukuri keberadaaan kita, seperti si gentong kanan yang menyirami bunga-bunga kekeringan.







*****






Sisi filosofi dasar dari kehidupan adalah Other People Interest (OPI),  keinginan orang lain 



Mungkin sepanjang hari kita merasa sedih karena tidak bisa sukses. Namun, dari sisi orang lain, mereka bisa melihat  dan merasakan langsung manfaat yang ada, opportunity yang ada. Jadi, kalau sukses adalah sebuah istana megah, batu batanya atau elemen dasarnya adalah OPI, kepentingan orang lain.


OPI ini elemen dasar kesuksesan




Untuk menjelaskan OPI itu, coba kita pelajari kisah perjalanan Presiden Jokowi. Tahun 2011 beliau masih wali kota Solo. Ketika dicalonkan menjadi Gubernur DKI beliau mengerti keinginan orang Indonesia atau OPI.  Jokowi mengerti, orang membutuhkan bantuan.



Bantuan paling urgent adalah kesehatan. Jokowi membuat  program Kartu Jakarta Sehat, KJS. Dulu, orang miskin yang sakit kadang tertolong karena tidak bisa masuk rumah sakit. Terakhir, penyelamat jutaan orang sakit itu adalah nabi. Dia menyembuhkan orang sakit yang miskin.

Bisnis pun demikian. Anda tidak mungkin menyuruh semuanya tunduk kepada Anda. Mereka semua tunduk kepada OPI. Kepentingan masing masing.

Prinsip utama bisnis adalah meperhatikan OPI. Anda harus bisa menolong orang kaya.  Melalui jalur tersebut, maka jalan bisnis akan menggulir.


Berikut perbedaan cara pandang orang kaya dan orang miskin:












































Orang Kaya





Mengerti cost saving, liku-liku mendapatkan cost yang murah dan dia akan terpatok pada harga cost.





Orang Miskin





Biasanya shopping kemahalan karena terpatok pada harga konsumen. Makanya, omzet perusahaan tidak bisa secepat omzet Carrefour. Omzet Carrefour dikalkulasi dengan harga eceran, sedangkan omzet pabrik dihitung dengan harga grosir.





Orang Kaya





Dia akan setia dengan uang, mampu meredam keinginan untuk shopping. Dia menyukai liku-liku aliran profit.





Orang Miskin





Menyukai shopping, ingin merasakan menjadi King. Customers is King. Maka dia suka dilayani dengan barang barang bermerek.





Orang Kaya





Mengutamakan barang-barang fungsional. Melihat jam tangan dari sisi model, kegunaan, manfaat.





Orang Miskin





Mengutamakan gaya hidup, merasa kelasnya selalu di atas orang lain. Bila saldo Anda di bank sebesar Rp 5 miliar, maka Anda tidak akan mempersoalkan jam tangan atau sepatu Anda, bukan?






 





Orang Kaya





Melihat uang sebagai alat produksi. Uang sebagai bahan seperti bahan baku, bahan packaging, dan bahan upah.





Orang Miskin





Melihat uang sebagai kebutuhan, seperti oksigen di tengah-tengah orang tenggelam. Berapa pun oksigen yang ada, akan dihabiskan.







Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rully Widayati

Rully Widayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus