Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan jiwa pada dasarnya adalah penyakit. Psikiater dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ mengatakan gangguan jiwa bukan tanda-tanda orang lemah iman dan kurang bersyukur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Banyak yang beranggapan bahwa depresi, gangguan jiwa, pasti kurang iman, kurang bersyukur. Ini sebenarnya mitos karena gangguan jiwa itu penyakit, sama seperti penyakit fisik. Semua bisa kena termasuk dokter, tenaga medis, pemuka agama juga," kata Zulvia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) itu menjelaskan saat menghadapi tekanan atau stres, setiap orang memiliki mekanisme adaptasi yang berbeda. Ada yang memilih tidur, makan, belanja, jalan-jalan, dan beribadah. Oleh karena itu, kebanyakan menganggap orang yang mengalami masalah kesehatan mental adalah yang kurang ibadah. Alih-alih menyarankan ke psikiater, mereka akan lebih menyarankan untuk memperbanyak ibadah.
"Ibadah, doa, itu meredakan stres tapi bukan satu-satunya cara. Memang ada studinya kalau kita sering merasa bersyukur setiap bangun pagi, menghirup udara segar, itu meningkatkan kesehatan mental. Tapi, bukan berarti orang yang enggak bersyukur pasti gangguan karena konsepnya adalah penyakit," jelas Zulvia.
Banyak faktor penyebab
Ia juga menjelaskan banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami gangguan jiwa, yakni biologis, psikologis, dan sosial. Menurutnya, faktor biologis bisa berasal dari genetik. Jika memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa, maka tidak menutup kemungkinan dia juga berisiko mengalami hal yang sama.
"Selain itu juga bisa jadi ada perubahan pada cara kerja otaknya," tambahnya.
Sementara itu, faktor psikologis bisa berasal dari pola pengasuhan yang diterima hingga ada atau tidaknya riwayat trauma dan perundungan. Sedangkan faktor sosial bisa berasal dari kondisi yang dialami seperti PHK, putus cinta, hingga masalah rumah tangga. Karena gangguan jiwa merupakan penyakit, Zulvia pun mengatakan orang yang mengalaminya tentu harus mendapatkan pengobatan dari dokter.
"Ini sama kayak orang sakit tifus, TBC, enggak cuma ibadah lalu sakitnya sembuh, tetap harus diobati, terus berdoa. Sama, gangguan jiwa begitu. Berobat juga dan beribadahlah, silakan untuk melengkapi pendekatan terhadap penyakit," katanya. "Ketika seseorang berobat sejak dini, jadi jangan ditunda-tunda, dia bisa tetap berfungsi dengan baik, tetap kece, tetap bisa kerja, tetap aktif, enggak kelihatan punya masalah gangguan mental."