Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau semakin pekat. Kondisi ini makin membahayakan kesehatan warga Riau. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, penghitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) rata-rata menunjukkan angka di atas 300. Tujuh dari sembilan alat pengukur ISPU menyimpulkan tingkat polusi dalam warna hitam yang artinya “berbahaya”, sedangkan sisanya berwarna merah yang artinya “sangat tidak sehat”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Persoalan kabut asap akibat kebakaran lahan memang salah satu tantangan yang dialami Indonesia saat musim kering tiba. Kabut asap mengganggu jarak pandang dan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan. “Paparan kabut asap dapat menyebabkan gangguan saluran napas,” kata dokter spesialis penyakit dalam, Yeny Tanoyo, kepada SehatQ. Gangguan yang dimaksud, mulai dari infeksi saluran saluran pernapasan atas (ISPA) hingga pneumonia.
Siapa yang paling berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat bencana kabut asap, ada tiga kelompok usia yang paling berisiko mengalami gangguan kesehatan.
1. Penderita penyakit jantung maupun paru-paru
Orang-orang yang menderita sakit jantung, paru-paru, maupun asma, memiliki risiko lebih tinggi terhadap gangguan kesehatan, saat terjadi kabut asap.
2. Lansia
Para lansia bisa berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan karena kabut asap, akibat tingginya potensi mereka terhadap sakit jantung dan paru-paru.
3. Anak-anak
Saluran pernapasan anak-anak masih berkembang dan belum sempurna. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak juga ternyata menghirup udara lebih banyak. Selain itu, anak-anak cenderung banyak menghabiskan waktu di luar ruangan untuk beraktivitas, termasuk bermain.