Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Macam Penyakit Jantung Bawaan yang Perlu Dikenali sejak Dini

Kelainan jantung bawaan adalah kondisi kelainan struktural atau fungsional jantung sejak lahir. Kenali faktor risiko penyakit jantung bawaan ini.

13 Februari 2022 | 21.06 WIB

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi jantung (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah pasien penyakit jantung terus meningkat setiap tahun sebab kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengenali penyakit jantung bawaan. Spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr. Risalina Myrtha, Sp.JP, menjelaskan kelainan jantung bawaan adalah kondisi kelainan struktural atau fungsional jantung sejak lahir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kelainan jantung bawaan ada berbagai macam, tergantung jenis yang terjadi. Secara umum, kelainan jantung bawaan bisa dibagi menjadi kelainan jantung bawaan kritis dan nonkritis. Kelainan jantung bawaan kritis memerlukan intervensi segera dalam bulan pertama hingga tahun pertama kehidupan supaya dapat bertahan. Sedangkan kelainan yang nonkritis dibagi menjadi kelainan yang secara klinis signifikan dan nonsignifikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Salah satu contoh kelainan jantung bawaan kritis adalah adanya hambatan keluar dari jantung yang signifikan keluar, seperti tricuspid atresia, koarctasio aorta, dan Hypoplastic Left Heart Syndrome (HLHS). Sedangkan Atrial Septal Defect (ASD) dan Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan contoh kelainan jantung bawaan nonkritis. Klasifikasi lain dibagi menjadi kelainan yang menyebabkan sianosis (biru) dan tidak biru," ungkapnya.

Mengenai apakah penyakit atau kelainan jantung bawaan ini dapat dilihat sejak usia dini, dr. Maria Galuh, spesialis anak RS UNS, mengatakan kelainan jantung bawaan itu bisa terjadi sejak lahir, bahkan ketika orang itu memeriksakan kandungannya bisa terdeteksi saat ultrasonografi (USG). Gejala yang ditimbulkan jika memang itu sejak lahir bisa dengan napas terengah-engah saat sedang disusui dan rasa kurang nyaman sehingga sering berhenti.

“Namun jangan ketika bayi terengah-engah pasti penyakit jantung, tetap perlu dikaji dulu penyebabnya. Intinya hal itu merupakan salah satu gejala yang harus kita perhatikan. Selain itu, kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan rekomendasi atau istilah kekiniannya BB seret dan gagal tumbuh dapat merupakan salah satu akibat adanya kelainan jantung ,” ungkap Galuh.

Menurut Galuh, gejala lain adalah seringnya batuk pilek berulang, radang berulang, dan setelah disingkirkan alergi dan dilakukan pemeriksaan ternyata adalah penyakit jantung bawaan, memang gejalanya bisa bermacam-macam.

Penyebab atau faktor risiko kelainan jantung bawaan sebetulnya seringkali tidak diketahui pada 90 persen kasus. Tapi, ada beberapa penyebab atau faktor risiko kelainan jantung bawaan, antara lain faktor genetik. Faktor risiko lain yang juga dikaitkan dengan kejadian kelainan jantung bawaan ialah ibu yang menderita diabetes melitus atau sakit gula, minum alkohol dan merokok, dan penggunaan beberapa jenis obat-obatan saat hamil, misalnya lithium, yang digunakan sebagai terapi gangguan jiwa.

Paparan asap rokok seringkali tidak disadari juga menyebabkan kelainan jantung bawaan. Banyak jurnal yang menyebutkan nikotin dapat menurunkan kadar oksigen hingga 30-40 persen sehingga dapat mengganggu penyerapan zat gizi penting seperti kalsium, vitamin, mineral, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan anatomi jantung, terutama pada trimester pertama kehamilan, sedangkan pada bayi/anak yang lebih besar dapat menyebabkan BB seret dan menjadi stunting di kemudian hari karena nikotin juga berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tulang.

Selain infeksi sepsis, kelainan jantung bawaan kritis ini merupakan salah satu penyebab terbanyak kematian bayi baru lahir. Kelainan jantung bawaan kritis sebetulnya bisa dideteksi dengan menggunakan skrining oksimetri pada bayi berumur 24-48 jam pada tangan kanan dan kaki. Beberapa kasus tidak ada gejala dan seringkali baru terdeteksi pada usia dewasa.

“Seringkali penderita kelainan jantung bawaan baru diketahui saat sedang hamil, baru ditemukan ada gejala dan dilakukan pemeriksaan ekokardiografi ternyata ada ASD yang tekanan parunya sudah tinggi. Memang, perjalanan klinisnya pada usia 30-40-an sudah terjadi peningkatan tekanan paru sehingga seringkali baru ketahuan di usia tersebut,” jelas Myrtha.

Galuh menambahkan gejala penyakit jantung bawaan itu memang ada yang bisa diketahui di awal saat bayi. Misalnya, bayi lahir tidak langsung menangis atau mungkin ada sesak yang berlebihan. Tetapi, justru banyak penyakit jantung bawaan itu tidak bisa dideteksi di awal lahir.

Jika kelahiran itu prematur, langsung dilakukan pemeriksaan dari awal, baik itu rontgen atau ekokardiografi karena tidak selalu penyakit jantung bawaan berupa lubang atau kelainan sekat itu terdengar saat pemeriksaan dokter. Terapi dan pengobatan penyakit jantung bawaan tergantung jenis kelainan yang dialami. Memang ada beberapa kasus lubang yang ukurannya kecil bisa menutup pada usia tertentu, namun jika belum tertutup dengan sendirinya bisa melalui bedah atau intervensi nonbedah, dipasang seperti payung untuk menutup lubang tersebut.

"Terapi bedah atau nonbedah tergantung pada jenis kelainannya dan mungkin diperlukan pemeriksaan lanjutan lagi selain ekokardiografi dada, seperti ekokardiografi melalui mulut (ekokardiografi transesofageal), CT scan, maupun MRI," terangnya.

Seorang anak yang sudah didiagnosis memiliki kelainan jantung bawaan tentunya harus tetap dipantau gejalanya, semakin memberat atau tidak, bagaimana kepatuhan minum obat, dan terapinya seperti apa. Menurut Galuh, ada beberapa kelainan jantung yang di awal hanya memerlukan obat oral untuk meringankan gejala yang dialami. Namun, yang paling utama harus dipantau bagaimana tumbuh kembangnya.

Adapun cara paling mudah adalah pemantauan berat badan dan tinggi badan secara mandiri dan perhatikan pada grafik atau melalui aplikasi PrimaKu dari www.idai.or.id. Apabila memang penambahannya tidak sesuai, maka harus kontrol rutin untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin. Imunisasi yang diterima anak dengan kelainan jantung bawaan sama dengan anak-anak lain yang tidak memiliki kelainan jantung bawaan.

"Namun, yang perlu diperhatikan kondisinya saat menerima imunisasi tersebut. Kalau sedang bergejala berat, sebaiknya ditunda dulu menerima imunisasi virus hidup seperti BCG, polio, Measles and Rubella (MR), varicella, dan Japanese Encephalitis (JE)," tandasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus