Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Mencicipi Nasi Lesah, Kuliner Langka yang Hanya Ada di Magelang

Di Kota Magelang, penjual nasi lesah yang masih eksis berjualan adalah Warung Pak Badut yang berada di Jalan Singosari Nomor 16 Rejowinangun.

14 Juni 2023 | 22.43 WIB

Nasi Lesah Pak Badut, Kuliner Magelang yang mulai langka (Tempo.co/Arimbihp)
Perbesar
Nasi Lesah Pak Badut, Kuliner Magelang yang mulai langka (Tempo.co/Arimbihp)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Magelang - Menyusuri kuliner Kota Magelang di malam hari memiliki sensasi tersendiri bagi para wisatawan. Selain udara sejuk dan aneka wisata yang tak pernah tidur, Kota Magelang juga memiliki aneka kuliner khas yang menggugah selera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Salah satu kuliner khas yang otentik dan hanya bisa ditemui di Kota Magelang, bahkan mulai langka adalah nasi lesah. Makanan khas Magelang ini sekilas bentuk dan rasanya menyerupai soto, namun bersantan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Kota Magelang, penjual nasi lesah yang masih eksis berjualan adalah Warung Pak Badut yang berada di Jalan Singosari Nomor 16 Rejowinangun. Warung Nasi Lesah Pak Badut yang berdiri sejak 1990 an itu kini dikelola sang istri, Maryati, 60 tahun, setelah suaminya meninggal. Sepeninggal suaminya, Maryati tidak pernah mengubah racikan bumbu yang diajarkan almarhum suaminya.

Komposisi yang Ada di Nasi Lesah

"Nasi lesah terdiri dari nasi disiram kuah santan, dengan isian irisan tahu bacem, mi soun, toge, suwiran daging ayam, daun seledri, dan taburan bawang goreng," kata Maryati saat ditemui Tempo, Rabu 14 Juni 2023. Adapun bumbu yang digunakan Maryati yakni bawang merah, putih, kunyit, garam, dan empon-empon pilihan. "Harus pakai ayam kampung, agar kaldu yang dihasilkan lebih gurih dan meresap, tauge dan seledrinya juga harus baru," tutur Maryati.

Nasi Lesah Pak Badut, Kuliner Magelang yang mulai langka (Tempo.co/Arimbihp)

Sebelum bisa menyewa kios di ujung Pasar Rejowinangun ini, Maryati dan suaminya dulu menjual lesah di sebuah gerobak dorong yang berada di Jalan Tarumanegara, Kota Magelang. Lambat laun pembeli bertambah, hingga akhirnya Pak Badut bisa menyewa kios sekitar 2010.

Maryati menceritakan, saat awal berdagang di masa krisis moneter, nasi lesahnya sering tidak laku, atau bahkan utuh. "Dulu dapat Rp 100.000 saja sudah bersyukur sekali, kadang sisa, tapi kami terus bertahan, dengan kuliner khas Magelang ini," ujarnya.

Penjual Nasi Lesah Tak Sampai 50 Orang

Bahkan, menurut Maryati, teman-teman seperjuangannya yang berjualan lesah kini sudah banyak yang tutup atau gulung tikar karena sepinya pembeli. "Sekarang se-Magelang hanya sedikit, kalaupun ada hanya di menu sampingan restoran, tidak sampai 50 pedagang," kata dia.

Selain langka, nasi lesah buatan Maryati juga cukup terjangkau, yakni Rp 8.000 per mangkok, sedangkan untuk tambahan gorengan hanya Rp 500 per biji. Dalam sehari, Maryati mampu menjual nasi lesah sekitar 100 hingga 200 porsi, dan bisa lebih saat akhir pekan.

"Omsetnya sekarang bersih satu bulan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. Jangan dilihat saat ini, tapi bagaimana kami merintis dan mempertahankannya" kata dia. Maryati berharap, ke depan, masih ada generasi penerus yang melanjutkan produksi nasi lesah. "Supaya kuliner ini tidak punah, dan menjadi ikon di Kota Magelang," ujar Maryati.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus