Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Pemenang Nobel Sastra, Guenter Grass, Meninggal Dunia  

Grass sempat membuat heboh ketika mengaku pernah menjadi anggota satuan elite pengawal Hitler, Waffen SS.

13 April 2015 | 18.14 WIB

Guenter Grass
Perbesar
Guenter Grass

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan Jerman peraih Nobel Sastra pada 1999, Guenter Grass, meninggal dunia pada Senin, 13 April 2015, dalam usia 87 tahun.

Steidl Verlag, publisher Grass, mengatakan sang pengarang meninggal di sebuah klinik di utara Kota Luebeck, Jerman, tempat Grass tinggal selama puluhan tahun. Penyebab kematiannya belum diumumkan.

Grass lahir di Danzig, Jerman, kota yang sekarang menjadi Gdansk di Polandia, pada 1927 dan banyak karya fiksinya berlatar kota tersebut. Lelaki berkumis lebat ini melahirkan tradisi intelektual kritis Jerman, yang menekankan bahwa tugas penulis adalah menjadi barisan terdepan dalam debat politik dan moral.

Selama bertahun-tahun dia menjadi suara generasi Jerman dari era Perang Dunia II dan menanggung beban kesalahan orang tua mereka terhadap kerusakan yang diakibatkan Hitler dan Nazi.

Pada 2006 Grass membuat heboh ketika mengaku saat masih muda pernah menjadi anggota satuan elite pengawal Hitler, Waffen SS, dalam buku otobiografinya, Beim Haut der Zwiebel (Bak Mengupas Bawang). "Saya cuma anak tanggung waktu itu, yang berangan-angan jadi pahlawan," katanya saat itu.

Pada 1947 Grass masuk sekolah seni patung dan teknik menggambar di Dasseldorf dan Sekolah Tinggi Seni di Berlin. Bakatnya sebagai penulis berkembang setelah ia mukim di Paris bersama istri pertamanya, seorang balerina bernama Anna Margareta Schwarz.

Namanya mendunia ketika buku romannya, Die Blechtrommel (The Tin Drum atau Genderang Kaleng) menjadi laris di seluruh dunia pada 1959. Novel itu diangkat ke layar lebar dengan judul sama oleh sutradara Volker Schlondorff. Film itu, bersama Apocalypse Now, meraih Palme d'Or dalam Festival Film Cannes.

Novel Grass berikutnya, Katz und Maus (1961) dan Hundejahre (1963), terbit dan sama-sama laris. Die Blechtrommel dan dua buku ini kemudian dikenal sebagai trilogi Danzig, karena ceritanya berlatar Kota Danzig.

Grass juga berkiprah sebagai politikus dan keluar-masuk sebagai anggota Partai Sosial Demokrat di era 1982-1998. Pidato dan esainya selama di dunia politik itu dikumpulkan dalam buku Aus dem Tagebuch.

Setelah bercerai dengan Ana, Grass menikahi pemain organ, Ute Grunert, dan hidup bersamanya sampai Grass meninggal.

REUTERS | KURNIAWAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus