Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Pernah Kontak Penderita Difteri? Lakukan 4 Hal ini

Ada empat hal yang penting dilakukan bagi orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien difteri.

13 Desember 2017 | 07.45 WIB

Ekspresi seorang siswa saat imunisasi penyakit difteri yang di lakukan oleh dinas kesehatan DKI Jakarta di SMAN 33, Cengkareng, Jakarta, 11 Desember 2017. Penyakit difteri yang menyerang anak-anak dan orang dewasa telah mewabah di beberapa wilayah Indonesia. Tempo/Ilham Fikri
Perbesar
Ekspresi seorang siswa saat imunisasi penyakit difteri yang di lakukan oleh dinas kesehatan DKI Jakarta di SMAN 33, Cengkareng, Jakarta, 11 Desember 2017. Penyakit difteri yang menyerang anak-anak dan orang dewasa telah mewabah di beberapa wilayah Indonesia. Tempo/Ilham Fikri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini Angka kematian akibat penyakit menular difteri bertambah. Sepanjang Desember, enam orang telah meninggal akibat bakteri yang menyerang saluran pernapasan bagian atas itu. Jumlah kematian akibat difteri meningkat menjadi 38 dari 32 kasus selama Januari-November 2017.

Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane Soepardi, mengatakan, hingga Senin 11 Desember 2017, ada lebih dari 600 laporan pasien difteri dirawat di 20 provinsi. Jumlah ini masih bisa terus bertambah karena imunisasi ulang bagi anak berusia 0-19 tahun baru dilaksanakan secara serentak kemarin. “Masih ada laporan penambahan pasien difteri di daerah-daerah,” kata Jane, Senin 11 Desember 2017. Baca: Malas Bersihkan Riasan Wajah, Awas Infeksi Mata dan 4 Dampak lain

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 'Corynebacterium diphtheriae' yang sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian anak melalui obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotoksin. Difteri sangat menular melalui droplet atau percikan air liur. Gambaran klinis difteri adalah demam 38C, pseudomembran putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bull neck), karena pembengkakan kelenjar getah bening leher, dan sesak nafas disertai bunyi.

Dokter Spesialis Anak FX Wikan Indrarto mengatakan apabila ditemukan satupun anak penderita difteri, sudah merupakan Kejadian Luar Biasa. “Difteri harus dihadapi dengan mekanisme penderitanya segera dibawa ke rumah sakit, diisolasi dan mendapatkan pengobatan antibiotik dan Anti Difteri Serum (ADS),” kata Wikan melalui pesan singkat Selasa 12 Desember 2017. Baca: Foto Setya Novanto Buat Pria ini Sadar Menderita Sleep Apnea

Wikan mengatakan selain orang yang terinfeksi difteri, perlu pula dipikirkan orang yang pernah kontak dengan penderita difteri. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan kepada orang yang berstatus ‘kontak penderita’ itu. Orang-orang yang dianggap penting atau pernah melakukan kontak dengan penderita difteri alias kontak penderita adalah orang yang tinggal satu rumah, yang berbagi peralatan makanan minuman yang mungkin terkena sekret penderita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menurut Wikan, hal pertama yang perlu dilakukan kepada orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien terdiagnosis difteri perlu diberikan antibiotik eritromisin 500 mg selama 7-10 hari.

Kedua, jika hasil laboratorium orang yang berstatus kontak penderita juga positif, maka dilanjutkan pemberian antibiotik selama 7-10 hari lagi, sampai hasil pemeriksaan laboratoriumnya negatif. Selain itu, juga dilakukan pemantauan kontak penderita, agar obat diminum sesuai aturan. Baca: Madhang.id, Aplikasi Masakan Rumahan ala Kaesang Pangarep

Ketiga, upaya lainnya untuk memutus rantai penularan penyakit difteri perlu dilakukan Outbreak Respon Imunisasi (ORI) dalam waktu sesingkat-singkatnya setelah KLB diumumkan. Ruang lingkupnya meliputi seluruh anak balita di wilayah dimana kasus ditemukan. Luasnya ORI adalah pada wilayah KLB, minimal 1 wilayah puskesmas atau kecamatan, dan wilayah sekitar yang beresiko berdasarkan kajian epidemiologi.

“Terakhir, ORI dilakukan pada semua anak, tanpa melihat riwayat imunisasi DPT sebelumnya dan tanpa menunggu hasil laboratorium,” kata Wikan mengingatkan. Program ORI dilakukan pada semua anak di daerah KLB mulai umur 1 sampai 19 tahun, tanpa melihat status imunisasi. Jadwal pelaksanaan ORI adalah 0, 1 dan 6 bulan dengan menggunakan vaksin yang sesuai dengan usia anak dan jenis vaksin yang tersedia.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus