Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Tips Menjadi Dokter bagi Diri Sendiri

Mungkin Anda cukup sering mendengar istilah 'Kita Adalah Dokter Terbaik bagi Diri Sendiri'. Menjadi dokter membuat Anda sadar tentang kesehatan diri.

8 April 2018 | 19.15 WIB

Ilustrasi dokter gizi. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi dokter gizi. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin Anda cukup sering mendengar istilah 'Kita Adalah Dokter Terbaik bagi Diri Sendiri'. Pengamat dan praktisi kesehatan, Jusuf Kristianto, kembali mengingatkan istilah itu dalam memperingati Hari Kesehatan Dunia yang dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu, 7 April 2018. Jusuf mengingatkan pentingnya istilah itu dihayati sehingga semua orang bisa lebih meningkatkan kesehatannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Jusuf mengatakan dengan menghayati bahwa seseorang adalah dokter bagi dirinya sendiri, orang itu bisa melakukan banyak hal untuk melindungi dirinya dari sakit. Misalnya, ketika Anda sudah menyadari bahwa memiliki masalah tekanan darah tinggi, artinya selaku dokter, Anda bisa mengatur asupan makan sebelum kondisi semakin buruk. "Dokter yang paling hebat itu memang dokter diri kita sendiri. Kita bisa memutuskan untuk stop makan sup kambing bila tekanan darah sudah diketahui semakin meningkat," katanya kepada Tempo, Ahad, 8 April 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan menyadari kondisi tubuh masing-masing, Jusuf mengatakan akan sangat mudah bagi Anda untuk menghindari obat dari dokter. "Misalnya, Anda terbiasa makan sate kambing, tapi Anda menderita tekanan darah tinggi, asam urat tinggi. Dengan menjadi dokter Anda bisa menghindari makan sate kambing daripada harus berobat ke dokter ketika sudah timbul sakit," katanya.

Menjadi dokter bagi diri sendiri, kata Jusuf, juga akan menyadarkan Anda untuk lebih menjaga kesehatan dengan menjaga gaya hidup Anda melalui olahraga teratur dan menjaga pola makan dengan memperbanyak sayur dan buah. "Jadi dokter diri sendiri, membuat kita sadar untuk melakukan proteksi dini. Promotif dan preventif saat ini yang terpenting," katanya.

Hal itu juga dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jusuf mengaku sudah mulai menghindari sayur asam. "Saya ini menghindari melinjo dan empingnya, karena khawatir asam urat naik," katanya.

Tindakannya bisa dicontoh banyak pihak. Di masyarakat, alangkah baiknya seseorang mengurangi makanan dengan kadar gula, garam, dan lemak tinggi. Maklum saat ini masalah obesitas pada anak sudah semakin banyak dan mengkhawatirkan. "Lihat saja, anak sekolah menengah atas, semakin banyak yang terlalu gemuk, bisa sakit kardiovaskular nanti saat dewasa. Maka menjadi dokter diri sendiri perlu ditanamkan kepada semua orang," kata Jusuf, yang juga selalu mengingatkan saran ini kepada komunitas penyintas kanker.

Baca juga:
Fakta Kanker Paru, Betulkah Dia Si Misterius yang Baik Hati?
Jangan Salah Mengkonsumsi Vitamin C, Tilik Petunjuk Dokter

Pada 7 April ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Dunia oleh WHO. Dalam peringatan kali ini, WHO memiliki moto, yakni kesehatan menyeluruh untuk siapa saja di dunia ini. Jusuf Kristianto mengatakan kondisi Indonesia sudah cukup maju dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya. "Sudah jauh lebih maju dengan adanya program Germas dan Cerdik yang dicanangkan pemerintah. Masyarakat Indonesia sudah mau mengikuti anjuran ini," kata Jusuf kepada Tempo, Ahad, 8 April.

Germas adalah singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Promosi yang selalu dilakukan Kementerian Kesehatan terkait dengan Germas adalah melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, dan memeriksakan kesehatan secara rutin minimal enam bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit. Selain Germas, ada pula gerakan Cerdik yang merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

Jusuf mengatakan walaupun slogan gerakan kesehatan itu sudah mulai terdengar, tapi pemerintah daerah perlu juga untuk terus bergerak meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat di semua daerah Indonesia. "Intinya ada di otonomi daerah, program pemerintah daerah harus sejalan dengan program nasional ini," katanya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus