Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Citadel Ho, Situs UNESCO di Vietnam yang Jadi Sawah dan Kebun

Vietnam sedang getol-getolnya menggarap destinasi bersejarah, untuk dijajakan kepada wisatawan. Salah satunya mempromosikan benteng atau Citadel Ho.

21 April 2020 | 12.52 WIB

Istana di dalam Citadel HO. Foto: Bernard J.E. Guerrero/@theberntraveler
Perbesar
Istana di dalam Citadel HO. Foto: Bernard J.E. Guerrero/@theberntraveler

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak 1993, delapan lokasi di Vietnam - termasuk tiga benteng - telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, dengan tujuh lainnya menunggu klasifikasi formal. Menurut CNN, situs-situs tersebut memiliki nuansa alam atau sejarah yang luar biasa, seperti Ha Long Bay dan kompleks monumen di Hue.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dan yang terbaru adalah Benteng Ho, yang ditetapkan disetujui UNESCO sebagai situs warisan budaya pada 2011. Benteng Ho yang hampir tidak dikenal itu, terletak di daerah terpencil di Provinsi Thanh Hoa, sekitar 150 kilometer selatan Hanoi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pilihan Benteng Ho untuk mendapatkan setatus situs warisan budaya UNESCO pun, menurut CNN juga janggal. Pasalnya, pertama, Dinasti Ho berlangsung hanya tujuh tahun (1400-1407), setetes saja pada lautan sejarah Vietnam yang bergolak.

Kedua, bentengnya kosong. Itu benar - tidak ada istana, tidak ada kuil, tidak ada monumen - hanya empat dinding yang dikelilingi tanah pertanian. Namun, menurut UNESCO, benteng tersebut mewakili "contoh luar biasa dari gaya baru kota kekaisaran Asia Tenggara."

Penasaran dengan gagasan menemukan kota abad pertengahan di pedesaan Vietnam, Ron Emmons dari CNN, memutuskan untuk menjelajahi benteng yang kosong itu.

Citadel Hao, berjarak sekitar 60 km dari Kota Ninh Binh. Sesampai di gerbang utara Benteng Ho, wisatawan harus membayar biaya masuk 10.000 dong (sekitar 50 sen) dan berebut menaiki tepian berumput untuk menikmati panorama dari atas tembok.

Gerbang selatan Citadel Ho. Foto: Bernard J.E. Guerrero/@theberntraveler

Agar dapat menikmati lanksap dari Benteng Ho dengan sempurna, pemandu menyarankan prinsip-prinsip feng shui. Pandanglah ke arah pegunungan Don Son dan Tuong Son yang melindungi lembah, dan Sungai Ma dan Buoi yang mengalir di kedua sisi benteng. 

Terlepas dari pandangan tanah pedesaan, perhatian saya tertuju pada balok batu besar di dinding. Dinding benteng itu tak telihat mortar dengan tebal beberapa meter kubik. Tembok berusia 600 tahun itu, membentang hampir satu kilometer di setiap sisi, sangat utuh. Untuk memasukinya, terdapat empat gerbang berkubah berdiri kokoh seperti sebelumnya.

Meskippun terlihat utuh, bagian dinding Citadel Ho ditumbuhi rumput dan semak belukar. Sementara di dalam dindng, wisatawan bisa mendapati pemandangan kebun jagung dan sawah, kolam ikan.

Sejarah Singkat Dinasti Ho

Lantas mengapa Dinasti Ho berumur pendek? Pada akhir abad ke-14, ia menjelaskan, Dinasti Tran berada dalam kekacauan, dan Ho Quy Ly (alias Le Quy Ly), seorang bupati di istana Kaisar Tran Thuan Tong di Thang Long (Hanoi), merencanakan untuk merebut tahta. Pada tahun 1397, ia membangun benteng baru tersebut. Benteng itu dikebut pembangunannya hanya dalam tiga bulan -- suatu prestasi rekayasa yang menakjubkan di zaman sebelum adanya peralatan listrik.

Ketika benteng selesai, Ho menyiapkan strategi licik, dengan mengundang Kaisar Tran Thuan Tong untuk memeriksa benteng yang baru dibangun, awalnya dikenal sebagai Tay Do ("Ibukota Barat"). Kaisar ia penjarakan lalu dieksekusi. Ho pada tahun 1400, mengangkat dirinya sebagai kaisar pertama Dinasti Ho. Setelah memerintah hanya selama satu tahun, Ho Quy Ly menyerahkan tahta kepada putra keduanya, Ho Han Thuong, yang memerintah hanya selama enam tahun. Pasalnya, Dinasti Ming yang berkuasa di Tiongkok merebut wilayah yang sekarang menjadi Vietnam.

Terlepas dari masa jabatannya yang singkat dalam sejarah Vietnam, Ho Quy Ly bertanggung jawab atas pengenalan uang kertas dan batasan kepemilikan tanah. Ia membuka pelabuhan untuk perdagangan luar negeri dan memperluas kurikulum pendidikan, untuk memasukkan mata pelajaran seperti matematika dan pertanian.

Bila wisatawan berkendara di sepanjang jalan tanah di dalam benteng kosong menuju gerbang selatan, pintu masuk utama benteng, yang berhias tiga lengkungan. Dibandingkan gerbang di dinding utara, timur dan barat, gerbang selatan terlihat lebih megah.

Di luar gerbang selatan, dindingnya dilapisi dengan ilustrasi gajah dan kuda yang menyeret lempengan batu besar dari sebuah tambang. Terdapat relief rakit bambu yang membawa lempengan ke arah hulu. Adapula relief manusia dan binatang buas mengangkut batu-batu yang dipotong halus ke tempatnya di dinding..

Dari pondok bambu kami berjalan-jalan ke museum yang hampir kosong, di mana beberapa artefak seperti bola batu yang digunakan dengan ketapel dan kepala terakota phoenix, telah ditemukan dari situs. Pada abad ke-15, ibu kota baru dengan bentengnya yang megah, di dalamnya terdapat pasar, istana dan kuil-kuil. Kini, hanya tinggal sawah dan kebun.

Sebagai bagian dari kesepakatan dengan UNESCO, Vietnam berkomitmen untuk melindungi warisan benteng, yang berarti mencegah bangunan baru yang merusak pandangan, dan menghentikan produksi pertanian, seperti pertanian padi, di dalam benteng.

Nguyen Xuan Toan, wakil direktur Pusat Konservasi Warisan Dunia Benteng Dinasti Ho, mengatakan kepada Viet Nam News, "Karena warga memiliki hak penggunaan lahan, mereka terus membangun rumah dan bangunan lain dan yang menyebabkan kesulitan dalam melindungi benteng."

Jalan yang membelah sawah di dalam Citadel Ho, yang dulunya merupakan jalan utama di dalam benteng menuju Istana Dinasti Ho. Istana di dalam Citadel HO. Foto: Bernard J.E. Guerrero/@theberntraveler

Dia juga menjelaskan bahwa membajak, menyapu, dan menggali parit irigasi di dalam benteng telah mengekspos peninggalan arkeologis dan memiliki dampak negatif pada arsitektur bawah tanah di lokasi tersebut.

Suatu saat, sepertinya petani lokal harus mengorbankan hak tanah mereka jika pemerintah Vietnam bertekad untuk mengembangkan benteng sebagai objek wisata.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus