Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Di Bandara Ini, Manusia dan Ternak Acap Nyusup ke Landasan  

Pagar di sekitar Bandara Ende dirusak warga agar mereka bisa melintas di landasan pacu.

10 April 2015 | 21.28 WIB

Ilustrasi Bandara. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Ilustrasi Bandara. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Kupang - Aksi nekat Mario Steven Ambarita yang menyusup ke rongga roda pesawat Garuda dan berhasil terbang dari Pekanbaru ke Jakarta menjadi catatan bagi pengelola bandara untuk meningkatkan pengamanan. Namun, di Ende, Nusa Tengara Timur, landasan pacu Bandara Hasan Aroeboesman justru kerap dilintasi ternak dan manusia.

Menurut pantauan Tempo, landasan pacu Bandara Aroeboesman sering dilintasi orang dan ternak milik warga sekitar bandara itu. Padahal di bagian samping kiri-kanan bandara itu terpasang pagar kawat. Pagar itu dirusak warga agar mereka bisa melintasi landasan pacu.

Pagar yang rusak digunakan sebagai jalan pintas untuk beraktivitas sehari-hari, seperti bersekolah dan berkantor. Tak hanya orang, ternak pun terlihat melintasi landasan pacu, sehingga mengancam keselamatan penerbangan. Sejumlah petugas bandara itu berjaga di pagar yang dirusak saat pesawat akan mendarat atau tinggal landas untuk mencegah adanya penumpang gelap.

"Bandara kami memang sangat tidak aman karena sering dilintasi ternak dan orang," kata petugas pengendali lalu lintas udara atau Air Traffic Controller (ATC) Bandara Aroeboesman, Kanis Riberu, saat dihubungi Tempo, Jumat, 10 April 2015.

Menurut dia, setiap kali ada pesawat yang datang ke atau terbang dari Bandara Aroeoesman, pihaknya akan menempatkan petugas keamanan di titik-titik yang dianggap rawan, seperti pagar yang sering dilintasi orang, serta mengambil benda-benda tajam di landasan yang bisa membahayakan penerbangan.

Kanis mengatakan pihaknya telah berulang kali memperbaiki pagar di sekitar bandara itu karena sering dirusak warga untuk dijadikan pintu agar bisa dilintasi. Larangan melintas pun sudah dikeluarkan, tapi warga tak menghiraukannya. "Dengan personel yang minim, kami tidak bisa menghadapi masyarakat yang pengetahuannya masih rendah," katanya.

YOHANES SEO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Martha Warta Silaban

Martha Warta Silaban

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus