Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

22 Maret 2024 | 06.00 WIB

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Komunitas fashion yang tergabung dalam Indonesia Fashion Chamber atau IFC Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Komunitas pun mendorong, para pelaku usaha kreatif di Yogyakarta berani memanfaatkan tingginya kunjungan wisata itu lewat berbagai kesempatan. Tanpa harus minder meski modal dan jaringan masih minim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tidak sedikit yang ingin memulai usaha tetapi bingung mulai dari mana, padahal lakukan saja, jangan kebanyakan planning (rencana), pasar wisatawan potensial sekali di Yogya," kata desainer asal Yogyakarta, Sutardi, dalam event Ramadhan Runway oleh Indonesia Fashion Chamber Yogyakarta, Kamis 21 Maret 2024.

Dalam acara yang dipusatkan Society Atrium Pakuwon Mal Yogya 15 - 24 Maret 2024 itu, Sutardi menuturkan bergerak di bidang fashion yang trennya terus berkembang cepat bukanlah hal gampang.

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Terlebih, di Yogyakarta banyak pelaku industri kreatif yang sebagian telah bergerak malang melintang membangun segmen pasarnya sendiri. Misalnya pecinta batik tulis, batik lukis, batik cap, dan pecinta fashion kontemporer.

Sutardi mengatakan pegiat industri kreatif perlu melihat banyaknya ceruk pasar fashion dari wisatawan di Yogyakarta. Mereka harus rajin rajin memanfaatkan peluang untuk belajar dan berinovasi pada produknya.

"Jangan pernah absen mengikuti bazar dan pameran fashion, baik di mal maupun tempat lain yang menjadi lokasi berkumpulnya orang-wisatawan, karena di situlah produk makin dikenal," kata pendiri merek fashion Farah Button dan STRD itu.

Selain diuntungkan dengan pasar wisatawan yang besar, Yogyakarta dinilai juga kaya akan bahan baku dan sumber daya manusia di bidang fashion. Hal ini mendukung  pegiat industri kreatif itu terus berinovasi dan mengenalkan karyanya seluas mungkin.

"Jangan mengandalkan privilege atau hak Istimewa sosial di industri kreatif karena pasar ada segmen minatnya sendiri, yang perlu dilakukan rangkul sebanyak mungkin orang sebagai database yang kemudian diolah menjadi pelanggan,” ujar Sutardi, yang kini memiliki belasan gerai di Yogyakarta, Bali dan Tegal itu.

Ia menambahkan, karya yang unik dan berbeda dengan lainnya akan menciptakan pasarnya sendiri. Terlebih tak sedikit wisatawan di Yogyakarta kalangan milenial yang berlomba mencari koleksi edisi terbatas alias bukan massal.

Sutardi mencontohkan, setelah melahirkan Farah Button pada 2016 silam, pada 2020 ia melahirkan edisi terbatas dari mereknya itu yang dilabeli merek baru bernama STRD. Sehingga wisatawan yang berburu karyanya dari berbagai daerah bisa mendapatkan kepuasan tersendiri karena edisinya terbatas. 

"Pegiat industri fashion harus menempatkan kualitas karya sebagai prioritas utama, jangan setengah-setengah alias total, putar  kembali 90 persen keuntungan untuk mengembangkan usaha," kata dia.

Event Ramadhan Runway itu sendiri tak hanya diiisi forum dialog para pecinta fashion. Namun juga workshop dan pameran karya yang diikuti 30 pegiat fashion di Yogyakarta.

Yunia Pratiwi

Yunia Pratiwi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus