Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Akun Twitter @MataMataRakyat membuat sebuah rangkaian cuitan berjudul 'Membongkar Strategi Jaringan Sudirman Said dalam Menguasai KPK.' Puluhan tulisan tersebut dimunculkan dari Sabtu, 6 Oktober, hingga Minggu, 7 Oktober 2019.
@MataMataRakyat menuding Sudirman Said dan organisasi Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) yang dibentuknya sebagai jaringan inti yang mempengaruhi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Disebutkan bahwa Sudirman dan jaringannya berkamuflase sebagai kelompok yang menggunakan KPK sebagai pasar politik guna mengejar jabatan.
"SS (Sudirman Said) ini jadi awalnya mendirikan MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia) waktu tahun 1998. Nah orang-orang ini terdiri dari Ahmad Fikri Assegaf, Amien Sunaryadi, Bambang Harymurti, Chandra Hamzah, Erry Riyana, Hamid Chalid. Mereka lah orang-orang yang digunakan oleh SS untuk menguasai KPK," tulis @MataMataRakyat pada Sabtu lalu, 6 Oktober 2019.
Dia lalu memaparkan latar belakang dari masing-masing nama yang disebutkan tadi. Beberapa nama dikaitkan dengan nama-nama yang kerap diserang karena diasosiasikan sebagai pendukung KPK.
Ahmad Fikri Assegaf, misalnya, secara khusus disebutkan sebagai ipar jurnalis Najwa Shihab. Selain itu juga Bambang Harimurty, mantan Dirut PT Tempo Inti Media, penerbit Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
@MataMataRakyat menyatakan tujuan utama Sudirman Said, yang juga bekas Menteri ESDM, menguasai KPK adalah untuk menguasai jaringan perdagangan minyak di Indonesia. Dia bahkan menyebut jaringan-jaringan politik Sudirman Said bermuara pada organisasi berideologi Islam ekstrim Taliban.
Nama penyidik KPK Novel Baswedan turut disebut-sebut dalam cuitan panjang sebanyak 38 postingan tersebut. Novel disebut sebagai komandan Wadah Pegawai KPK dan tangan kanan Sudirman Said. @MataMataRakyat menilai Novel Baswedan berperan penting dalam infiltrasi gerakan politik Sudirman ke dalam KPK.
Sudirman Said menampik tuduhan itu. Ia mengatakan bahwa tulisan itu cukup matang untuk sebuah kabar bohong.
"Saya kagum pada penulisnya, karena serius betul menyiapkan fitnah dan kebohongan dengan keterampilan tinggi," kata Sudirman, yang pernah menjadi Cagub Jawa Tengah, dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo hari ini, Rabu, 9 Oktober 2019.
Menurut Sudirman Said, tulisan tersebut menggabungkan fakta dengan kejadian yang dirangkai menjadi seolah-olah betul adanya. "Keterampilan menulis yang dimiliki orang-orang ini dipakai untuk membunuh karakter."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini