Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Aliran Mahesa Kurung Ajari Ilmu Kebal, Warga Depok Resah  

Mahesa Kurung mengajarkan ilmu kebal untuk digunakan dalam tawuran.

16 September 2016 | 15.26 WIB

Kapolres Depok Komisaris Besar Harry Kurniawan. TEMPO/Imam Hamdi
Perbesar
Kapolres Depok Komisaris Besar Harry Kurniawan. TEMPO/Imam Hamdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Depok - Masyarakat di sekitar Cimanggis, Depok, beberapa pekan terakhir merasa resah atas keberadaan perguruan silat Mahesa Kurung. Perguruan itu mengajarkan ilmu kebal kepada remaja dan kerap menjadi provokator tawuran. Keresahan masyarakat semakin bertambah karena beredar pesan berantai yang mengajak kaum remaja bergabung dengan perguruan itu.

Keresahan itu paling tidak disampaikan Lucyana, 28 tahun. Ia mengatakan keberadaan Mahesa Kurung sudah menjadi momok. Apalagi setelah sering terjadi tawuran yang kabarnya melibatkan murid-murid Mahesa Kurung. "Sudah jadi pembahasan serius dan sangat meresahkan," kata Lucyana, yang tinggal di Jalan RTM, Cimanggis, Jumat, 16 September 2016.

Lucyana menduga adiknya yang berinisial Y juga menjadi pengikut aliran Mahesa Kurung. Sebab, di dalam kamar Y, ditemukan kertas berisi lafaz beraksara Arab, yang diduga sebagai ciri-ciri perguruan silat itu. "Sekarang adik saya jadi cuek," ucapnya.

Lucyana pernah mendatangi tempat Y sering berkumpul dengan teman-temannya. Namun Y justru malah seperti kerasukan macan. "Polisi harus menindak tegas mereka yang sudah meresahkan," ujarnya.

Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Harry Kurniawan membenarkan adanya aliran silat Mahesa Kurung di kawasan Cimanggis, Depok. Namun, saat polisi mendatangi tempat pengikut aliran Mahesa Kurung, sudah tidak ada lagi. "Sudah tiga bulan tidak melakukan aktivitas lagi," tuturnya.

Meski begitu, kata dia, warga Depok cukup peka merespons pesan berantai tersebut sehingga, dengan kerja sama kepolisian dan pemuka agama, perkembangan aliran Mahesa Kurung bisa dicegah. "Di Depok belum ditemukan adanya kekerasan yang dilakukan komunitas itu," ucapnya.

Sebelumnya, Kepolisian Sektor Jagakarsa menangkap seorang pria bernama Bayu Aji Prakoso pada 2 September 2016. Pria yang diduga sebagai pemimpin Mahesa Kurung itu dibekuk di sebuah bengkel “ketok magic” di depan Stasiun Tanjung Barat, Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan. 

Kepala Seksi Humas Polsek Jagakarsa Ajun Inspektur Satu Khairul mengatakan, dalam penangkapan itu, polisi menyita sebilah keris, 2 tasbih, 9 isim atau wafaq atau ajimat, 14 pasang buluh perindu, 1 kemenyan, 5 batu akik, dan 7 botol minyak wangi. "Diduga sebagai alat atau sarana dalam menuntut ilmu kebal," katanya, 4 September 2016. Kelompok Mahesa Kurung disebut-sebut sering mengajarkan ilmu kebal kepada anggota geng motor.  

Menurut Khairul, penangkapan Bayu itu didasari laporan masyarakat tentang adanya aktivitas kelompok Mahesa Kurung. Ilmu yang diajarkan aliran tersebut kemudian dipraktekkan anggota geng motor untuk menyerang kelompok lain. 

IMAM HAMDI | EGI ADYATAMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suseno

Suseno

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 1998. Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini menempati posisi redaktur di desk Hukum dan Kriminal. Aktif juga di Tempowitness sebagai editor dan trainer.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus