Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Inilah 3 Cara 'Dimas Kanjeng' dari Depok Perdaya Korbannya  

Untuk menyakinkan korbannya, Anton Herdiyanto alias Aji rupanya memiliki beberapa trik tipuan.

7 Oktober 2016 | 00.26 WIB

Kepolisian Resor Kota Depok melakukan rilis kasus pembunuhan dua mayat dalam drainase di Depok dengan tersangka Anton Herdiyanto di Polresta Depok, 4 Oktober 2016.
Perbesar
Kepolisian Resor Kota Depok melakukan rilis kasus pembunuhan dua mayat dalam drainase di Depok dengan tersangka Anton Herdiyanto di Polresta Depok, 4 Oktober 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Depok - Praktik penipuan ala Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur, ternyata juga terjadi di Depok. Seperti yang dilakukan Dimas Kanjeng, Dukun Anton Herdiyanto alias Aji, mengaku bisa menggandakan emas batangan melalui ritual khusus.

Tak hanya itu, Anton juga membuka praktik memasang susuk pengasihan, wibawa, dan langgeng dalam pekerjaannya. Untuk menggaet korbannya, dia mendirikan Padepokan Satrio Aji Danurweda di Depok. Padepokan itu dipromosikan lewat media sosial Facebook. Di padepokan itu, dia juga menawarkan berbagai benda klenik.

Baca: 3 Benda Ini Dipakai Dimas Kanjeng untuk Menipu

Praktik Anton terungkap setelah dua korbannya, Ahmad Sanusi, 21 tahun, dan Shendy Eko Budianto, 27 tahun, ditemukan tewas di dua lokasi drainase terpisah di Kota Depok, pada Sabtu, 1 Oktober 2016. Keduanya diduga terperdaya oleh Anton. Keduanya diduga tewas karena keracunan potasium sianida. Racun itu ditemukan ada di tubuh korban.

Baca: Korban Anton 2 Menit Tewas, Terinspirasi Kopi Sianida Mirna?

Seffi Rosa Winudin, 25 tahun, yang merupakan teman Sanusi dan Shendy, mengaku ikut menjadi korban Anton. Seffi datang kepada Anton untuk mendapatkan susuk pengasihan, wibawa, dan langgeng dalam pekerjaannya. Untuk pemasangan susuk itu, dia telah membayar Rp 350 ribu. Namun, kenyataannya, setelah pemasangan susuk oleh Anton, dia malah kehilangan pekerjaannya.

Baca: Dukun Anton Berikan Susuk Langgeng, Korban ini Malah Dipecat

Untuk menyakinkan korbannya, Anton rupanya memiliki beberapa trik tipuan. Lewat tipuan itulah, Anton memperdaya korbannya. Berikut ini beberapa modus yang dia gunakan untuk membuat korbannya percaya.

1. Dalil Al-Quran

Seffi Rosa Winudin mengatakan bahwa ritual yang dilakukan Anton menggunakan syariat Islam. Itulah yang membuat Seffi percaya pada kemampuan Anton. "Anton sering membacakan ayat-ayat Al-Qurab," ujarnya, di Markas Kepolisian Resor Kota Depok, Kamis, 6 Oktober 2016.


Selanjutnya: trik sulap...

2. Trik Sulap
Kepala Sub Bagian Kepolisian Resor Kota Depok Ajun Komisaris Polisi Firdaus mengatakan, Anton kerap melakukan aksi tipu-tipu praktik perdukunan dengan trik sulap. Salah satunya, kata dia, Anton menunjukkan bahwa dari tangannya bisa keluar asap.

"Trik ini yang juga diperlihatkan ke Seffi sebelum pemasangan susuk. Anton selalu cari tempat gelap untuk ritual palsunya," ujar Firdaus, Kamis, 6 Oktober 2016. "Trik sulap itu sudah disimulasikan kemarin di Polres."

Trik itu sebenarnya berasal dari cairan yang digunakan pesulap. Cairan itu dibeli Anton di toko perlengkapan sulap di Jatinegara, Jakarta Timur. Asap bisa keluar setelah cairan tersebut diteteskan dan diusapkan ke telapak tangan.

3. Kopi Sianida
Dua korban Anton yang tewas, Ahmad Sanusi dan Shendy Eko Budianto, diduga dibunuh dengan menggunakan racun sianida yang dicampur ke dalam kopi. "Tewasnya diberi minum kopi sianida di lapangan Serap (di Kampung Serap, Sukmajaya, Depok). Awalnya, di sana korban diiming-imingi ritual penarikan emas batangan," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Harry Kurniawan, Rabu, 5 Oktober 2016.

Berdasarkan keterangan Anton, kata Harry, dia menaburkan setengah butir potasium sianida ke dalam botol yang dicampur kopi. "Setelah diminum mati seketika di lapangan itu."

IMAM HAMDI

Baca juga:
Survei: Ahok Disokong Segmen Mapan, Anies & Agus?
Survei Populi: Elektabilitas Ahok 45,5 Persen, Tidak Anjlok



Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rina Widiastuti

Rina Widiastuti

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus