Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Hukum

Kisah Sukses Benny Mamoto Tangani Wakil Pemimpin Jamaah Islamiyah

Benny menganggap pendekatan psikologis lebih baik daripada kekerasan.

22 Mei 2018 | 20.59 WIB

Benny Mamoto. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Perbesar
Benny Mamoto. Tempo/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Inspektur Jenderal (Purnawirawan) Benny Jozua Mamoto, menceritakan bagaimana ia pernah sukses menangani kasus terorisme ketika masih aktif di kepolisian. "Jangan minta mereka mengubah ideologinya, tapi minta menggeser untuk tidak pakai kekerasan," kata Benny saat ditemui di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Mei 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Benny menceritakan pengalamannya saat aktif di kepolisian dulu pernah sukses mengambil hati seorang wakil pemimpin Jamaah Islamiyah. Di kepolisian Benny pernah menjabat Kepala Unit I/Keamanan negara-Separatis, Wakil Direktur II Badan Reserse Kriminal, serta Wakil Sekretaris NCB-Interpol Indonesia.

Keberhasilan itu, kata dia, karena saat proses interogasi tidak menggunakan kekerasan atau intimidasi. Interogasi dilakukan melalui pendekatan psikologis, seperti membahas soal keluarga dan kebutuhan pribadinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Teroris itu siap mati, siap jihad, saat ditangkap," kata dia. "Mereka berharap ditembak dan dibunuh, maka dari itu kita jangan bantu wujudkan keinginan mereka."

Benny mengatakan, penanganan kasus terorisme tidak sama dengan tindak pidana pada umumnya. Sebab, dalam kasus terorisme, pelaku memang berharap bisa mati saat aksi.

Baca: Kata Ryamizard Ryacudu Soal Terorisme

"Jadi penanganannya itu bukan semata-mata untuk menghukum berat, tapi mengajak mereka untuk kembali keluar dari jalan radikal," ujar Benny.

Benny menanggapi tuntutan mati kepada pendiri Jamaah Ansharut Daulah Aman Abdurrahman alias Oman Rochman. Aman didakwa sebagai dalang sejumlah aksi teror. 

Baca: Polisi Tangkap 74 Orang Atas Tuduhan Kasus Terorisme di Surabaya

Tuduhan aksi teror yang dikomandoi Aman antara lain pengeboman di Kampung Melayu dan Sarinah Thamrin, Jakarta, serta Gereja di Samarinda. Dia juga didakwa sebagai otak penyerangan Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan penyerangan terhadap polisi di Bima, Nusa Tenggara Barat.

Benny menjelaskan memang tidak mudah mengubah ideologi radikal para teroris, apa lagi jika ideologi radikal itu sudah tertanam kuat.

MJ FIRMANSYAH

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus