Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Korban Penodongan Dokter Praktik ALT Trauma Beberapa Hari

AS, korban penodongan senjata api oleh dokter praktik ALT, mengaku sempat trauma beberapa hari akibat peristiwa itu.

18 Oktober 2017 | 17.29 WIB

Ilustrasi senjata. TEMPO/Ary Setiawan
Perbesar
Ilustrasi senjata. TEMPO/Ary Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Karyawan Rumah Sakit Yadika, Duren Sawit, Jakarta Timur, AS, yang menjadi korban penodongan senjata api oleh dokter praktik ALT, mengaku trauma beberapa hari akibat peristiwa itu. AS mengaku sempat tidak bisa beraktivitas karena masih terbayang dengan pistol yang ditodongkan langsung ke wajahnya.

“Apalagi sebelumnya saya tidak mengetahui bahwa pistol itu ternyata mainan. Hari Senin, pas kerja, enggak bisa ngapa-ngapain," ujarnya di RS Yadika, Rabu, 18 Oktober 2017.

Penodongan itu terjadi pada Sabtu, 14 Oktober 2017. Kejadian tersebut bermula ketika ALT mencari karyawan di bagian data medis bernama Fitri atau Pipit. Dia hendak menanyakan data jumlah pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang harus ditanganinya. Menurut dia, jumlah pasien semakin berkurang. Tak menemukan Pipit, ALT malah bertemu dengan AS, rekan kerja Pipit.

ALT marah dan menuduh AS mengalihkan pasiennya ke dokter lain. Dia lalu mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan menodongkannya ke kepala AS. Setelah diperiksa polisi, pistol yang ditodongkan ALT ternyata hanya mainan.

Walau mengaku sempat trauma dan telah melaporkan kasus tersebut ke polisi, AS siap berdamai dengan dokter praktik ALT. AS mengatakan akan menyelesaikan permasalahan ini secara damai jika ALT berinisiatif meminta maaf secara langsung. "Tidak ada salahnya saling memaafkan," ujarnya.

Menurut rekan kerja AS, Pipit, ALT memang sering komplain ke bagian data medis karena merasa pasiennya semakin lama semakin berkurang. Namun Pipit tidak menyangka kalau ALT sampai nekat komplain dengan menodongkan senjata. "Biasanya enggak sampai seperti itu," ucapnya.

Direktur RS Yadika Hendrik Sulo mengatakan pasien-pasien yang ditangani ALT memang sedikit. Hendrik menuturkan tren pasien di RS Yadika lebih banyak jenis penyakit anak dan penyakit dalam. "Jadi mungkin dia merasa kurang dan curiga," tuturnya.

Dokter praktik ALT telah mengundurkan diri dari RS Yadika pada Senin, 16 Oktober 2017. Saat ini, kasusnya masih ditangani Polsek Duren Sawit.

YUSUF MANURUNG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus