Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Analis keamanan dan intelijen Ridlwan Habib menilai ada kejanggalan dari peristiwa listrik padam yang terjadi di setengah Pulau Jawa, Ahad, 4 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apakah karena human error? Atau sistem dalam operasi di Ungaran itu dilakukan serangan hacking?” kata Ridlwan kepada Tempo pada Senin, 5 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kejanggalan itu muncul lantaran gangguan tak hanya terjadi di transmisi Ungaran-Pemalang, tapi juga di pembangkitnya yaitu PLTU Suralaya. Dua kejadian simultan dan serentak ini, kata Ridlwan, sulit dijelaskan jika disebut kebetulan.
Koordinator eksekutif The Indonesia Intelligence Institute, sebuah lembaga kajian analisis risiko, ini menjelaskan, jika gangguan ini adalah hacking, serangan itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Hacker bisa meretas sistem operasi aplikasi PLN, seperti aplikasi pengatur suhu, pengatur tekanan, hingga aplikasi perpindahan jaringan sehingga dapat mengganggu sirkuit.
Ridlwan mencontohkan seorang hacker Rusia yang meretas sistem Amerika Serikat. Para hacker melakukan hacking ke pejabat atau petugas transmisi listrik dan dapat masuk ke email, telepon genggam, sehingga perangkat digital terkuasai oleh hacker.
“Kemudian mendapatkan pola kerja, interaksi, bagaimana seseorang berhubungan dengan yang lain. Dari situ mendapatkan akses untuk membuka sistem yang memakai kunci, password, username yang khusus sehingga dia masuknya nyerang lewat personelnya,” kata alumni kajian strategi intelijen Universitas Indonesia ini.
Menurut Ridlwan, PLN harus segera melakukan investigasi untuk mencari penyebabnya, khususnya mewaspadai kemungkinan adanya serangan siber terorisme di infrastruktur listrik.
“Jika ini serangan, Indonesia sangat vulnerable. Semoga saja ini hanya human error, tapi saya enggak yakin human error,” katanya.
HALIDA BUNGA FISANDRA