Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akademikus, Rocky Gerung, mengatakan harus banyak ruang diskusi untuk menyelamatkan generasi muda dari kedunguan. Hal ini, kata Rocky, berangkat dari kekhawatirannya melihat kondisi politik di Istana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rocky mengatakan, tidak akan bisa mengubah Istana. "Kita sebetulnya berada di gejala totaliterisme yang tidak bisa diubah, jadi mari lindungi generasi baru kita biar tidak jadi dungu, atau memulai yang baru dengan yang lain," kata Rocky dalam sebuah diskusi pada Rabu, 11 November 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Rocky, kondisi demokrasi di Indonesia sudah mengkhawatirkan. Salah satu indikasinya, banyak orang yang gemar memuji Presiden Joko Widodo. Padahal, kata dia, kepala negara sudah gagal.
"Bahkan ada orang yang selalu cari cara untuk memuliakan orang yang gagal segala hal. Saya membaca surat Profesor Buya Syafii Maarif beberapa waktu lalu yang memuji Jokowi dengan mengatakan kesalahan bangsa ini bukan di Joko Widodo tetapi orang sekitarnya," kata Rocky.
Indikasi lain, kata Rocky, adalah konsep pembangunan di Indonesia yang mengesampingkan keselarasan dengan alam. Apalagi dengan terbitnya Undang-undang Cipta Kerja atau biasa disebut omnibus law.
"Demokrasi juga rusak dengan UU itu, tidak ada demokrasi ketika kita tidak sama-sama bernapas dengan monyet di hutan, atau kita berkicau sama burung, begitulah idealis demokrasi seharusnya," kata Rocky Gerung.