Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) mengklaim para penambang emas illegal di wilayah Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, memiliki senjata api. Bahkan, TPNPB OPM menyatakan sempat menyita salah satu pistol yang dimiliki oleh para penambang emas tersebut pada 2019 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Waktu pemeriksaan, mereka ternyata memiliki pistol. Kami ada sita satu pistol," ujar juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, dalam rekaman suara yang diterima oleh Tempo pada Jumat, 11 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebby menuturkan, mereka juga sempat menyerang warga Papua dengan berbekal pistol yang mereka miliki. "Mereka sempat bunuh tujuh orang, termasuk potong kepala satu orang," kata Sebby.
Menurut Sebby, tindakan yang penambangan emas ilegal di wilayah tersebut juga didukung oleh TNI dan Polri. Oleh karena itu, TPNPB OPM memutuskan untuk menyerang mereka.
"Melihat itu, tahun 2019 akhirnya pasukan TPNPB OPM bantai semua (penambang emas illegal) itu karena mereka menghancurkan hutan," ucap Sebby.
Sebelumnya dalam kurun waktu 6-9 April 2025, TPNPB OPM telah mengeksekusi mati 17 pendulang emas illegal di wilayah Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua Pegunungan. "Ya benar (17 pendulang emas dieksekusi). Dan yang lolos melarikan diri 50 orang, tiga luka," kata Sebby ketika dihubungi lewat aplikasi perpesanan pada Kamis, 10 April 2025.
Sebby memperkirakan, ada sekitar 100 orang penambang emas yang berada di wilayah Yahukimo. Kebanyakan dari mereka bukan merupakan Orang Asli Papua (OAP), sehingga mereka dianggap merupakan intel dari pemerintah. "Ya, kami bilang ya (intel)," ujar Sebby dalam rekaman suara yang ia kirimkan kepada Tempo.
Sebby kembali mengingatkan kepada para warga pendatang di Papua untuk segera meninggalkan lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai zona perang oleh TPNPB OPM. Sebab bila tidak, kata dia, mereka bisa saja dianggap merupakan bagian dari infiltran dan menjadi sasaran dari TPNPB OPM.
"Jikalau mereka tidak mengindahkan peringatan kami, maka kami anggap mereka semua itu bagian dari Indonesia Security Forces," ucapnya menegaskan.
Pilihan Editor: Pengusaha dan Politikus Pengendali Judi Online