Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Bubur Es dan Nelayan di Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Departemen Teknik Mesin (DTM), Fakultas Teknik UI menjalankan program adopsi.

15 Desember 2016 | 00.00 WIB

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia menjalankan program adopsi.
Perbesar
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia menjalankan program adopsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL - Sebagian besar nelayan tradisional Indonesia masih menggunakan es balok untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Tak jarang cara konvensional ini membuat rugi para nelayan.


Pasalnya, penggunaan es balok ini kurang maksimal karena permukaan es yang keras bisa merusak ikan. Selain itu, luas permukaan kontak ikan dengan es yang kecil menyebabkan perpindahan kalor kurang maksimal. Proses pendinginan yang kurang baik ini pun akan membuat kualitas ikan cepat turun, sehingga harga ikan cepat jatuh. Akibatnya, dapat mengurangi pendapatan nelayan.


Bukan hanya itu, nelayan juga harus kembali ke daratan jika es balok telah habis mencair, sehingga tidak bisa melaut lebih lama.


Melihat kondisi ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) melalui Program Adopsi Pulau mengajak Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, untuk membantu permasalahan para nelayan di Indonesia, khususnya yang berada di pulau-pulau kecil/terluar (PPKT).


Gayung pun bersambut. Kebetulan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, saat ini lagi memikirkan bagaimana untuk mengimplementasikan mesin bubur es (es slurry generator) hasil temuan mereka kepada para nelayan. "Kami mulai mengembangkan alat ini sekitar tahun 2010. Awal yang berat saat itu adalah mencari referensi," ujar Agus S. Pamitran, Dosen dan Peneliti dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.


Pembuatan alat ini menurut Agus, karena melihat permasalahan nelayan yang kesulitan mendapatkan es. Ditambah lagi dengan permasalahan pencemaran pantai yang menyulitkan nelayan untuk bisa melaut lebih lama, dan membuat mereka lebih jauh dari pantai untuk mendapatkan ikan yang bagus. "Akhirnya, kami pun mencoba mengembangkan alat yang bisa membantu para nelayan ini untuk mendapatkan es dengan lebih mudah. Kebetulan, saya sebagai member di laboratorium teknik pendingin Departemen Teknik Mesin. Saya berdiskusi dengan rekan-rekan lab untuk pengembangan sebuah alat pembuat bubur es dari air laut," tuturnya.


Ice slurry generator adalah alat pembuat bubur es dengan menggunakan air laut sebagai bahan dasar pembuatan bubur esnya. Temperatur bubur es yang dihasilkan alat ini bisa di bawan nol derajat celsius, sehingga membuat kualitas ikan dapat dijaga dengan baik. "Jadi nelayan yang akan menggunakan alat ini nantinya bisa memperpanjang usia simpan ikan dan produk ikan mereka," kata Agus.


Menurut Agus, alat ini bisa membuat bubur es sebanyak 10 hingga 15 liter per jam atau 240 hingga 300 liter per hari.  Dengan menggunakan bubur es ini, semua tubuh ikan akan dingin dan segar serta tidak ada memar. "Ini akan membuat harga ikan yang dijual juga tetap tinggi dan bisa dikirim juga ke tempat-tempat lainnya."


Selain untuk menjawab kebutuhan nelayan, kata Agus, pengembangan alat ini juga dalam rangka  menumbuhkan kemandirian produk-produk dalam negeri. "Karena, ketika kami masih dalam proses pengembangan alat ini dua tahun lalu, mulai kami mendengar produk-produk dari luar memasarkan alat serupa. Jadi kami ingin nelayan-nelayan kita yang sangat besar jumlahnya ini bisa menikmati produk-produk dari dalam negeri sendiri dan tidak dari luar," tuturnya.


Ia menuturkan alat ini meski belum sempurna tapi akan terus dikembangkan. "Jadi ini satu hal yang baik dari KKP mengajak kami untuk mengimplementasikan alat ini. Karena kalau tidak, alat ini akan terus di lab saja. Tapi dengan diimplementasikan di masyarakat, kami akan tahu kekurangan-kekurangannya," kata Agus.


Alat pembuat bubur es hasil karya Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ini rencananya akan diimplementasikan pertama kali untuk para nelayan di Kepulauan Rote, Nusa Tenggara Timur. "Saya berharap, alat ini juga nantinya bisa dikembangkan di tempat-tempat lain. Karena itu, alat ini kami buat sesederhana mungkin dan perawatannya mudah," kata Agus. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus