Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO NASIONAL - Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA. (HNW), mengajak Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis) meneladani tokoh besar Persis, M Natsir. Khususnya dalam menjaga, menyelamatkan dan mensukseskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
HNW mengatakan saat Mosi Integral, 3 April 1950, di depan sidang DPR RIS, M Natsir menyelamatkan cita-cita Indonesia Merdeka menjadi NKRI, karena sebelumnya sudah dipecah Belanda menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Bahkan, saat M Natsir menjadi Perdana Menteri (1950) I, Republik Indonesia resmi diterima menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara penuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Republik Indonesia diterima secara resmi oleh masyarakat dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, seperti negara-negara merdeka lainnya,” ujar HNW saat menerima audiensi PP HIMA Persis dI Jakarta, Kamis, 3 Februari 2022.
PP HIMA Persis menemui HNW untuk menyampaikan rencana penyelenggaraan Muktamar HIMA Persis ke X di Serang, Banten, 24 Maret 2022.
Fakta sejarah M Natsir, menurut Hidayat, perlu diingat khususnya bagi mahasiswa Persis. M Natsir yang saat itu memimpin Partai Islam Masyumi juga menjadi Wakil Ketua Umum Persis. Karena itu sudah sewajarnya HIMA Persis menjaga, mensosialisasikan, dan meneruskan peran tokoh bangsa termasuk dari Persis seperti M Natsir dan Ahmad Hassan.
“Para tokoh itu memberi contoh sukses menjaga terlaksananya tujuan kemerdekaan Indonesia dengan menyatukan Indonesia kembali dalam NKRI. Serta membuktikan bahwa kelompok Islam baik Orpol maupun ormasnya selalu bisa berkontribusi dan berkolaborasi dengan seluruh warga bangsa. Sekalipun dari latar belakang yang berbeda-beda, untuk terlaksananya cita-cita Indonesia Merdeka, menjadi NKRI,” tutur HNW.
Tokoh Islam, kata HNW melanjutkan, bersama TNI juga menyelamatkan RI dari kudeta ideologis yang dilakukan oleh PKI, tahun 1948 dan 1965. Mereka membuktikan bahwa Umat Islam termasuk Generasi muda serta simbol-simbol yang menyertainya seperti Masjid dan Pesantren sangat berjasa bagi eksistensi NKRI.
HNW berharap generasi muda dan milenialis umat Islam, termasuk HIMA Persis, agar mengoreksi dengan bukti kongkrit dan karya nyata adanya kesalahan dari berbagai framing negatif terkait radikalisme, terorisme dan intoleran.
“Ini tantangan agar para mahasiswa dan generasi muda Muslim menghadirkan sikap kenegarawanan M Natsir yang terbukti sangat toleran, tidak radikal dan tidak menteror. Bahkan, sangat moderat dan diterima oleh seluruh kekuatan politik dan militer. Sangat mencintai dan berjasa untuk negaranya,” ujar HNW.
Framing kelompok Islam dengan radikalisme, terorisme dan sikap intoleran yang saat ini dikembangkan serta dituduhkan, kata HNW, bertentangan dengan jasa besar M Natsir, tokoh partai dan ormas Islam. Juga bertentangan dengan fakta ajaran Islam maupun laku umat Islam. Kesalahan berulang yang menghadirkan Islamophobia dapat di-counter oleh HIMA Persis dengan aktif menyatukan umat untuk meneladani M Natsir yang berjasa untuk eksistensi NKRI
HIMA Persis bersama seluruh komponen masyarakat juga patut mengembangkan sikap positif dan konstruktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, dilakukan dengan semangat toleran, inklusif, dan moderat. “Dengan begitu HIMA Persis bisa berkontribusi positif untuk bangsa dan negara melalui berbagai kreasi, kolaborasi dan kegiatan yang solutif, visioner dan bermanfaat,” kata HNW.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menegaskan komitmennya untuk tetap memperjuangkan 3 April, tanggal saat M Natsir menyampaikan Mosi Integral yang mengembalikan Indonesia ke NKRI, untuk diperingati sebagai hari NKRI dan bulan April sebagai Bulan NKRI.
“Ini sangat penting bukan hanya untuk Persis, organisasi asal Pak Natsir, tetapi juga bagi bangsa dan negara, dan eksistensi NKRI di tengah berbagai rongrongan yang bisa memecah NKRI. Seperti separatisme dan adu domba dengan pembelahan di tengah masyarakat,” ujarnya. (*)