Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Kapolda Jawa Barat Belajar Kesundaan pada Bupati Purwakarta

Sebagai bupati, Dedi dinilai Kapolda Anton berhasil membangun
Purwakarta berbasis kesundaan.

7 April 2017 | 17.30 WIB

Kapolda Jawa Barat Belajar Kesundaan pada Bupati Purwakarta
Perbesar
Kapolda Jawa Barat Belajar Kesundaan pada Bupati Purwakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO PURWAKARTA – “Kedatangan saya ke sini (Purwakarta) ingin belajar tentang kesundaan. Mungkin Kang Dedi (sapaan akrab Dedi Mulyadi) bisa mengajari saya,” ujar Kepala Polda Jawa Barat Inspektur Jenderal Anton Charliyan. Hal ini diungkapkan Anton saat bersilaturahmi ke Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan para pejabat Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Kamis petang, 6 April 2017. Rombongan Kapolda Jawa Barat diterima di Taman Maya Datar, kompleks kantor Bupati, Jalan Gandanegara Nomor 25.


Menurut Anton, Dedi telah berhasil menerapkan konsep pembangunan dengan mengedepankan nilai-nilai kebinekaan yang dianut bangsa Indonesia. “Saya mendukung konsistensi Kang Dedi dalam memperjuangkan budaya Sunda. Prinsip ini adalah pengamalan kebinekaan karena kebudayaan adalah kekayaan kita yang harus kita jaga,” ucapnya.


Menurut jenderal bintang dua kelahiran Tasikmalaya tersebut, tidak hanya memiliki konsistensi, seorang kepala daerah juga diharuskan memiliki keberanian memajukan local genius yang ada di wilayahnya. “Sebagai contoh, Sunda memajukan kebudayaan Sunda-nya, Jawa memajukan kebudayaan Jawa-nya, Maluku memajukan kebudayaan Maluku-nya. Kepala daerah harus berani seperti ini, dan itu kewajiban semua anak bangsa,” kata Anton.


Dalam kesempatan tersebut, Dedi berterima kasih atas dukungan yang diberikan Anton. Menurut dia, kebijakan pembangunan berbasis kearifan lokal yang digagas dan diwujudkannya tersebut karena Purwakarta merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Sunda. “Pembangunan kesundaan itu harus terlihat di semua bidang, dari arsitektur sampai pola pelayanan kepada masyarakat,” ujar budayawan Sunda tersebut.


Tradisi masyarakat Sunda yang hidup pada zaman baheula (dahulu), ujar Dedi, telah terdegradasi akut dan sedang dihidupkan kembali di Purwakarta. “Misalnya budaya mengumpulkan beras Perelek. Kemudian konsep tata kelola lingkungan. Sekarang mulai terlihat hasilnya di Purwakarta,” tuturnya.


Pada akhir pertemuan, Anton dan Dedi saling berbagi kenangan. Anton menyerahkan sebuah kujang, senjata tradisional khas prajurit Padjadjaran yang menjadi simbol kewibawaan suku Sunda. Adapun Dedi memberikan patung Menong khas Purwakarta dan sejumlah buku tentang kesundaan sebagai buah pikirannya. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus