Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Kementan Gandeng Komisi IV Gelar Bimtek Kedelai di Grobogan

Kabupaten Grobogan pernah menjadi sentra penghasil kedelai namun tergerus produk impor. Kementan berupaya mengembalikan kejayaan produksi kedelai di daerah tersebut.

20 Juni 2022 | 10.03 WIB

Kementan Gandeng Komisi IV Gelar Bimtek Kedelai di Grobogan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

INFO BISNIS - Kementerian Pertanian bersama Komisi IV DPR RI baru-baru ini menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Petani Bidang Tanaman Pangan. Tema yang diangkat adalah “Peningkatan Efisiensi Lahan dengan Menggunakan Teknik Tumpang Sisip Kedelai dan Jagung”. acara berlangsung di Hotel 21 Purwodadi, Kabupaten Grobogan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Bimtek ini diselenggarakan oleh Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (PPMBTPH). “Mentan (Syahrul Yasin Limpo) berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pertanian di seluruh Indonesia,” kata Kepala Balai Besar PPMBTPH, Warjito.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Mentan beberapa kali menegaskan bahwa peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu fokus di kementeriannya. Peningkatan SDM yang profesional bisa dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, bimbingan teknis, maupun sertifikasi profesi, salah satunya untuk penyuluh dan petani.

Penyuluh dan petani menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang berdaya saing guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang modern. “Salah satu fokus kita adalah meningkatkan kualitas SDM. Dengan SDM yang berkualitas tersebut, kita akan meningkatkan pertanian,” ujarnya.

Senada, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa pertanian yang maju selalu mendahulukan kualitas SDM. “Karena SDM yang berkualitas bisa menghadirkan inovasi dan terobosan-terobosan yang dibutuhkan pertanian," katanya.

Bimtek di Grobogan ini dihadiri oleh anggota DPR RI Komisi IV, Firman Subagyo; Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto; praktisi dari Fakultas Pertanian INSTIPER, Setyastuti Purwanti; praktisi dari PT. Hibrida Jaya Unggul, Satiyono; dan 100 Petani setempat.

Kepala Balai Besar PPMBTPH, Warjito mengatakan Kabupaten Grobogan menjadi salah satu sentra kedelai nasional, bahkan sempat mengalami kejayaan. Kondisinya sempat menurun, karena tergerus masuknya kedelai impor. Perlu Langkah konkret untuk mengembalikan kejayaan kedelai lokal di Grobogan, antara lain dengan menambah areal luas tanam, serta peningkatan dan penyebarluasan adopsi teknologi sesuai kearifan lokal dengan cara mengembangkan sistem tumpeng sisip jagung dan kedelai.

Bimtek ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi petani untuk membangun pertanian. Terutama dalam meningkatkan keahlian yang akan mendorong peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.

“Bimtek ini harus terus kita laksanakan untuk meningkatkan keahlian yang akan mendorong peningkatan kesejahteraan poktan dan anggotanya, harapan kami teknologi methuk yang sudah jalan ini terus dikembangkan,” kata Warjito.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Sunanto, mengatakan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri salah satunya melalui sistem tanam Tumpang Sisip (Tusip) atau Relay Croping.

Di Kabupaten Grobogan sistem tusip dikenal dengan istilah methuk. Methuk berasal dari kata pethuk dalam bahasa Jawa bermakna bertemu. Dalam bentuk aktif methuk bermakna menjemput. Jadi artinya menjemputa tanam.

Menurut Sunanto, petani Grobogan selama ini menerapkan dua model tanam methuk. Pertama, kedelai methuk jagung. Metodenya, petani menanam kedelai ketika jagung berumur 80-90 hari. Ketika jagung panen, kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Sekitar 45 hari berikutnya kedelai dapat dipanen. Setelah itu jagung kedua dapat ditanam.

Teknik budidaya methuk dalam pemangkasan tunas jagung dilakukan setelah kedelai berumur 5-7 hari. Hal ini bertujuan untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari terpaan hujan dan gangguan lainnya.

“Dengan cara tanam sistem ini, yang awalnya petani hanya dapat membudidayakan jagung dua kali pada musim tanam pertama dan kedua. Petani juga dapat menanam kedelai di sela-selanya antara musim tanam pertama dan kedua,” katanya.

Model kedua adalah jagung methuk jagung. Budidaya jagung kedua ketika berumur 80-90 hari atau satu bulan sebelum panen sudah ditanam benih jagung susulan berikutnya yakni tanam jagung ketiga. “Ini sebenarnya super intensif,” katanya.

 

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus