Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Brown University mencapai kesepakatan pada Selasa dengan para mahasiswa yang memprotes perang di Gaza. Para mahasiswa membongkar perkemahan mereka dari halaman kampus dengan imbalan institusi tersebut mempertimbangkan melakukan divestasi dari Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Langkah ini merupakan konsesi besar pertama dari sebuah universitas elit Amerika Serikat di tengah protes mahasiswa yang tiada henti yang telah melumpuhkan kampus-kampus di seluruh negeri, memecah opini publik dan menyebabkan ratusan penangkapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam sebuah pernyataan, Rektor Brown Christina Paxson mengatakan para mahasiswa setuju untuk mengakhiri protes mereka dan membersihkan kamp mereka pada Selasa sore waktu setempat dan “menahan diri dari tindakan lebih lanjut yang akan melanggar kode etik Brown hingga akhir tahun akademik.”
“Lima mahasiswa akan diundang untuk bertemu dengan lima anggota Corporation of Brown University pada Mei untuk menyampaikan argumen mereka untuk melepaskan dana abadi Brown dari ‘perusahaan yang memungkinkan dan mengambil keuntungan dari genosida di Gaza.'”
Dewan akan memberikan suara pada proposal tersebut pada Oktober.
Para pengunjuk rasa mahasiswa melompat kegirangan setelah mendengar berita tentang kesepakatan tersebut dan meneriakkan “dengan cinta bukan rasa takut, divestasi semakin dekat” sebelum mulai membongkar tenda mereka.
“Kami mengakhiri (perkemahan) dengan mengetahui bahwa kami meraih kemenangan besar dalam hal divestasi di Brown, untuk gerakan internasional ini, dan kemenangan bagi rakyat Palestina,” kata mahasiswa Brown, Leo Corzo-Clark.
Universitas tersebut, yang berlokasi di Providence, Rhode Island, “telah datang ke meja perundingan untuk mendengarkan tuntutan kami dan mendengarkan para mahasiswanya serta mempertimbangkan untuk melakukan divestasi dari perang, divestasi dari kematian, divestasi dari pendudukan,” kata Sam Theoharis, seorang mahasiswa pengunjuk rasa lainnya.
Demonstrasi di kampus telah menimbulkan tantangan besar bagi administrator universitas di seluruh negeri yang mencoba menyeimbangkan komitmen terhadap kebebasan berekspresi dengan keluhan bahwa demonstrasi tersebut telah mengarah pada antisemitisme dan ujaran kebencian.
Dalam pernyataannya, Paxson mengatakan, “Kehancuran dan korban jiwa di Timur Tengah telah mendorong banyak orang untuk menyerukan perubahan yang berarti, sekaligus mengangkat isu-isu nyata tentang cara terbaik untuk mencapai hal ini.”
Namun dia menambahkan: “Saya prihatin dengan meningkatnya retorika yang menghasut yang kita lihat baru-baru ini dan meningkatnya ketegangan di kampus-kampus di seluruh negeri.”
Sementara Universitas Columbia yang menjadi awal pecahnya demonstrasi pro-Palestina di kampus AS menegaskan tidak akan melakukan divestasi dari Israel. Namun Rektor Columbia Minouche Shafik, perempuan Muslim keturunan Mesir, berjanji bahwa universitas tersebut akan berinvestasi di Gaza ketika protes di universitas New York.
TIMES OF ISRAEL