Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Eks Presiden Myanmar Win Myint Mengaku Dipaksa Mundur Militer Sebelum Kudeta

Presiden Myanmar yang digulingkan, Win Myint, bersaksi militer mencoba memaksanya untuk melepaskan kekuasaan beberapa jam sebelum kudeta 1 Februari.

13 Oktober 2021 | 11.00 WIB

Presiden Myanmar Win Myint berpidato di depan Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC) di Kathmandu, Nepal, 30 Agustus 2018. [REUTERS / Navesh Chitrakar / Pool]
Perbesar
Presiden Myanmar Win Myint berpidato di depan Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC) di Kathmandu, Nepal, 30 Agustus 2018. [REUTERS / Navesh Chitrakar / Pool]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Myanmar yang digulingkan, Win Myint, bersaksi pada Selasa bahwa militer mencoba memaksanya untuk melepaskan kekuasaan beberapa jam sebelum kudeta 1 Februari, memperingatkan dia bahwa dia dalam situasi yang sangat berbahaya jika menolak, menurut pengacaranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kesaksian Win Myint, komentar publik pertamanya sejak ia digulingkan, bertentangan dengan klaim militer bahwa tidak ada kudeta yang terjadi, dan bahwa kekuasaan secara sah telah dialihkan kepada para jenderal oleh seorang penjabat presiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Win Myint bersaksi bersama Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian dan pemimpin pemerintah de facto sebelum kudeta militer, dalam persidangan mereka pada hari Selasa atas sejumlah tuduhan termasuk penghasutan, yang berasal dari surat yang memuat nama mereka yang dikirim ke kedutaan agar tidak mengakui junta militer.

Win Myint, yang merupakan kepala negara Myanmar, mengatakan kepada pengadilan di ibu kota Naypitaw bahwa pejabat senior militer mendekatinya pada 1 Februari dan menyuruhnya mengundurkan diri karena sakit.

"Presiden menolak proposal mereka, dengan mengatakan dia dalam keadaan sehat," kata pengacara pembela Khin Maung Zaw kepada Reuters, dikutip 13 Oktober 2021.

"Para petugas memperingatkannya bahwa penolakan itu akan menyebabkan banyak kerugian, tetapi presiden mengatakan kepada mereka bahwa dia lebih baik mati daripada menyetujuinya," katanya.

Seorang juru bicara dewan militer Myanmar yang berkuasa tidak menjawab panggilan meminta komentar pada hari Selasa.

Khin Maung Zaw mengatakan pembela menolak tuduhan terhadap Win Myint dan Aung San Suu Kyi karena mereka ditahan tanpa komunikasi.

Win Myint dan Suu Kyi bahwa keduanya telah menolak beberapa tuduhan terhadap mereka sebagai tuduhan palsu. Pengacara pembela, yang mewakili mereka berdua, mengatakan Aung San Suu Kyi telah meminta agar kesaksian hari Selasa diumumkan.

Myanmar porak-poranda oleh kekerasan dan kelumpuhan ekonomi sejak tentara mencegah Suu Kyi membentuk pemerintahan baru, tiga bulan setelah partainya terpilih kembali secara telak.

Para jenderal mengatakan pemilu dicurangi dan berpotensi merusak kedaulatan negara.

Wakil presiden, Myint Swe, mantan perwira militer, dilantik sebagai presiden pada 1 Februari dan segera menyerahkan kekuasaan kepada militer untuk mengawasi keadaan darurat.

Junta militer Myanmar belum secara terbuka mengungkapkan bagaimana Myint Swe mengambil alih kursi kepresidenan dari Win Myint.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus