Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Investor asing mulai menjual 4,01 miliar riyal atau Rp 16,2 triliun aset saham Arab Saudi dalam perdagangan akhir pekan 18 Oktober karena kekhawatiran kasus Jamal Khashoggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilaporkan dari Reuters, 22 Oktober 2018, data saham pada Minggu 21 Oktober 2018, sebagai aksi penjualan saham terbesar sejak pasar Arab Saudi dibuka untuk investor asing sejak pertengahan 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Aksi jual saham terjadi selama sepekan terakhir ketika para investor asing khawatir oleh hubungan Arab Saudi dengan pemerintah asing menyusul hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi.
Bursa Saham Arab Saudi [gulfbusiness.com]
Perincian data transaksi saham menunjukkan investor asing menjual 5 miliar riyal (Rp 20,2 triliun) saham dan membeli saham senilai 991,3 juta riyal (Rp 4 triliun).
"Pasar mulai menilai perubahan hubungan antara Arab Saudi dan AS," kata Jaap Meijer, kepala penelitian ekuitas, di Arqaam Capital.
"Kami percaya AS akan menjaga Arab Saudi sebagai sekutu dekatnya yang memberikan (antara lain) pentingnya kerajaan di kawasan Timur Tengah dan menjadi produsen 10 persen dari pasokan minyak dunia," tambah Meijer.
Data bursa juga menunjukkan investor Arab Saudi seperti investor ritel dan individu muali menjual 3,4 miliar riyal (Rp 13,7 triliun) saham bersih selama sepekan, namun lembaga Saudi membeli saham bersih 7,8 miliar riyal (Rp 31,6 triliun). Investor dari negara-negara Teluk lainnya juga menjual saham bersih.
Analis pasar mengatakan pada pekan lalu bahwa pemerintah Arab Saudi tampaknya telah meningkatkan operasi untuk mendukung pasar saham setelah penjualan asing turun.
Jamal Khashoggi, 59 tahun, wartawan asal Arab Saudi, hilang di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki. Sumber : AP/trtworld.com
Pasar saham Saudi turun sekitar 4 persen sejak Khashoggi menghilang pada 2 Oktober. Pasar sudah mulai melemah sebelum insiden itu karena dana asing memperlambat pembelian mereka setelah pengumuman MSCI pada Juni bahwa Arab Saudi akan dimasukkan dalam pasar berkembang global tahun depan.
Indeks saham Arab Saudi ditutup naik 0,2 persen pada Minggu 21 Oktober setelah jatuh sebanyak 3,5 persen pada awal sesi.
Utang luar negeri Arab Saudi juga telah ditekan, dengan naik di seluruh kurva obligasi dolar negara itu.
Obligasi Arab Saudi yang jatuh tempo pada 2026 tercatat US$ 5,5 miliar (Rp 83,6 triliun) dan US$ 6,5 miliar (Rp 98,8 triliun) pada 2046, naik ke rekor tertinggi pekan lalu, menurut data Refinitiv.
Pertukaran utang tak lunas Saudi, yang dibeli investor sebagai perlindungan terhadap gagal bayar, naik menjadi 100 poin akhir pekan lalu untuk pertama kalinya sejak Juni, menurut data dari IHS Markit.
Pada Minggu 21 Oktober, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan penjelasan Arab Saudi tentang pembunuhan Jamal Khashoggi adalah langkah pertama yang baik tetapi tidak cukup. Meskipun Mnuchin menambahkan terlalu dini untuk membahas sanksi terhadap Arab Saudi atas insiden Jamal Khashoggi.